KLATEN, KRJOGJA.com - Peringatan Hari Air sedunia tingkat Propinsi Jawa Tengah yang dipusatkan di Rawa Jombor, Krakitan, Bayat, Klaten, Kamis (4/4/2019), ditandai dengan launching gerakan Komunitas Goes to Tumbler untuk mengurangi sampah plastik.
Ikrar Goes to Tumbler dipimpin langsung oleh Prof Suratman dari Universitas Gadjah Mada (UGM), diikuti jajaran pejabat propinsi, Muspida Klaten, guru, siswa, relawan, bidan, korporat dan elemen lainya.
Prof Suratman yang juga salah seorang inisiator sekolah sungai Klaten mengemukakan, gerakan Indonesia goes to tumbler, dan komunitas goes to tumbler dinilai penting, karena saat ini banyak sisa plastik yang tidak bisa dimusnahkan sehingga merusak kegiatan air. Merusak habitat ikan, merusak danau dan sungai, sehingga berdampak pada gangguan kesehatan masyarakat.
“Untuk itu, kita launching seluruh masyarakat Klaten go to tumbler. Pekerja, sekolah, dan semua elemen, bawa air minum dengan bawa botol sendiri dari rumah. Untuk mengurangi beban lingkungan, dan juga untuk efisiensi keborosan belanja air. Setelah itu nanti ada rumah komunitas untuk training tentang kebencaanaan, ekonomi kreatif, rekayasa air, wisata dan sebaginya,†kata Prof Suratman.
Selain itu Prof Suratman menekankan perlu dilakukan riset kolaboratif serta perlu aksi riil oleh semua pihak untuk menjaga kuantiatas dan kualitas air.
Hal ini dikemukakan Prof Suratman menjawab pertanyaan wartawan terkait matinya ratusan mata air di wilayah Surakarta dalam satu dekade terakhir.
Khususnya di wilayah Klaten, menurut Data di Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Klaten, jumlah sumber mata air di Klaten sebanyak 174 titik, tersebar di 20 kecamatan. Dari jumlah tersebut, 31 titik sumber mata air sudah mati.