Puluhan Pengrawit Mancanegara Kagumi Proses Pembuatan Gamelan

Photo Author
- Kamis, 16 Agustus 2018 | 19:10 WIB

BOYOLALI, KRJOGJA.com - Puluhan pengrawit dari 19 kelompok karawitan dari 10 negara yang menjadi penampil dalam International Gamelan Festival (IGF) Solo 2018, melakukan site performance atau kunjungan ke berbagai lokasi dimana gamelan dibuat dan dikembangkan.  

Salah satu yang disambangi adalah lokasi pembuatan di Pengging, Kecamatan Bayudono, Boyolali, Kamis (16/7/2018). Di studio pembuatan gamelan tersebut, puluhan pengrawit asing yang diantaranta berasal dari Inggris, Irlandia, Hungaria, Jepang, dan Amerika Serikat tersebut diajak untuk lebih mengenal bagaimana perangkat gamelan dibuat. Ditunjukkan cara bagaimana logam diolah menjadi perangkat gending, melaras nada, hingga cara tatah ukir yang menjadi karakteris artistik khas gamelan jawa.  

Pengrawit asing terlihat antusias melihat dari dekat proses gamelan dilahirkan. Pertanyaan mengalir deras dari mulut mereka terkait proses pembuatan gamelan. Maklum saja, meski mereka sudah mahir menabuh gending, sebagian peserta belum pernah melihat pembuatan gamelan secara langsung. Tak ada perangkat gamelan yang dibuat di negeri mereka. Kunjungan lalu diteruskan ke SMAN 1 Boyolali, dimana mereka melihat bagaimana regenerasi pengrawit muda dibentuk. Mereka juga menyempatkan berkolaborasi bersama murid memainkan satu nomor klasik gending jawa, Kebo Giro.  

"Gamelan di luar negeri awalnya berasal dari diaspora masyarakat Indonesia yang ke luar negeri," cerita Kepala Bagian Umum Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Ahmad Mahendra. 

Dari situlah, gamelan mulai digandrungi di mancanegara. Kelompok karawitan dengan penabuh berambut pirang mulai muncul. Karakter bunyi yang meneduhkan dan komposisi nada pelog dan slendro menjadi menarik di telinga mereka. Bukan sekedar hobi, banyak warga asing yang akhirnya serius menggeluti gamelan secara profesional, baik sebagai pemusik ataupun peneliti. 

"Pemerintah juga mengirimkan guru untuk mengajar gamelan di luar negeri. Bahkan di Inggris ada yang sudah belajar gamelan selama 30 tahun lebih," sambungnya lagi. 

Dengan berbagai kunjungan ke lokasi-lokasi yang menjadi jantung musik gamelan lahir dan dikembangkan, diantaranya ke Karanganyar, Wonogiri, Blora, dan Boyolali, ia berharap ada timbal balik yang positif. Pengrawit asing tersebut lebih mengenal gamelan dan masyarakat lebih peduli dengan kelestarian kebudayaannya sendiri. Gamelan, sebagai produk tradisi dan budaya jawa, sudah semestinya menjadi kebanggaan, bukannya malah ditinggalkan. 

"Orang luar negeri saja suka dan bisa menabuh gamelan, kenapa kita tidak bisa," tegasnya.(Gal)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

PUDAM Boyolali Rilis Aplikasi Tirta Amperaku

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:10 WIB

Pemkab Klaten Siaga Antisipasi Bencana Saat Nataru

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

Gudang Oli di Tanjunganom Grogol Terbakar

Senin, 15 Desember 2025 | 21:50 WIB

Ratusan Pelari Ramaikan Run To Geopark Klaten

Senin, 15 Desember 2025 | 10:20 WIB

Petugas Gabungan Gelar Apel Jelang Libur Nataru.

Kamis, 11 Desember 2025 | 22:05 WIB

Bripka Eriqo Terima Penghargaan dari PBB

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:35 WIB
X