Sekolah Tani Pandawa Patra Cetak Difabel Mandiri

Photo Author
- Senin, 4 Agustus 2025 | 14:40 WIB
Kebun hidroponik tanaman selada Pandeaa Patra Boyolali  (Fira Nurfiani)
Kebun hidroponik tanaman selada Pandeaa Patra Boyolali (Fira Nurfiani)

Krjogja.com - BOYOLALI — Sekelompok penyandang disabilitas di Dukuh Keposong, Desa Keposong, Kecamatan Tamansari, Boyolali, berhasil membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk mandiri.

Melalui Sekolah Tani Pandawa Patra yang digagas Pertamina Patra Niaga, mereka dilatih bertani, beternak, hingga mengolah limbah menjadi energi, dalam sebuah sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan.

Baca Juga: Komisi A Terima Aduan Rekening Diblokir, Eko Suwanto Minta PPATK Kembali ke Jalan yang Benar

Di balik aktivitas operasional Fuel Terminal Pertamina Patra Niaga Boyolali, tumbuh harapan dan semangat hidup baru bagi para penyandang disabilitas. Pandawa Patra menjadi ruang inklusif yang tak hanya membuka akses keterampilan, tetapi juga mencetak petani difabel yang mandiri secara ekonomi.

Sejak diluncurkan tahun 2022 sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), Pandawa Patra mengusung konsep pertanian sirkular. Mulai dari hidroponik, peternakan kambing dan unggas, hingga pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk dan biogas, semua dijalankan dalam sistem ramah lingkungan yang saling terintegrasi.

“Di sini, para difabel tak hanya belajar menanam, tapi juga beternak dan mengolah limbah menjadi energi. Semua dalam satu sistem terhubung,” ujar Fuel Terminal Manager Boyolali, Yulesia Pasalbessy, saat mendampingi kunjungan peserta Bootcamp Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2025 Jawa Bagian Tengah, Senin (28/7) lalu.

Baca Juga: PSIM Pastikan Gunakan SSA Saat Jamu Arema, Penuhi Renovasi Hasil Asesmen

Yulesia menambahkan, sejak awal program ini dirancang agar difabel tidak hanya menjadi objek penerima bantuan, tetapi pelaku aktif perubahan. “Dari awalnya 10 orang, kini sudah 25 difabel yang bergabung. Kami dampingi secara berkelanjutan agar mereka benar-benar berkembang,” ujarnya.

Salah satu penggagasnya adalah Haryono, yang tergerak memberdayakan difabel setelah pengalaman pribadi bertemu penyandang disabilitas yang kesulitan ekonomi. “Saya sadar, mereka butuh ruang, bukan sekadar bantuan. Maka saya ajak mereka bertani,” kenangnya.

Kini, hasil kerja keras mereka mulai terlihat. Selada hidroponik yang mereka tanam bisa dipanen hingga 160 kilogram sekali panen, dengan harga jual Rp18.000 hingga Rp23.000 per kilogram. Mereka juga mengembangkan peternakan kambing, ayam, bebek, dan budidaya lebah dalam skala terbatas.

Dari sisi peternakan, populasi kambing meningkat dari 15 menjadi 45 ekor. Limbah pertanian dan peternakan diolah menjadi pupuk kompos dan biogas, menjadikan kegiatan mereka minim limbah (zero waste). Bahkan air hujan pun ditampung dan dimanfaatkan.

Nama “Pandawa Patra” sendiri merupakan akronim dari Pasukan Inklusi Peduli Alam Bawana, mencerminkan semangat pelestarian alam, kebersamaan, dan kemandirian. “Kami ingin membuktikan bahwa difabel juga mampu menciptakan ekonomi sirkular,” tegas Haryono.

Lebih dari sekadar lahan pertanian, Pandawa Patra telah menjadi ladang harapan bagi para penyandang disabilitas. Sebuah ruang inklusif tempat mereka tumbuh, berdikari, dan membangun masa depan dengan kepercayaan diri. (Ira)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

PUDAM Boyolali Rilis Aplikasi Tirta Amperaku

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:10 WIB

Pemkab Klaten Siaga Antisipasi Bencana Saat Nataru

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

Gudang Oli di Tanjunganom Grogol Terbakar

Senin, 15 Desember 2025 | 21:50 WIB

Ratusan Pelari Ramaikan Run To Geopark Klaten

Senin, 15 Desember 2025 | 10:20 WIB

Petugas Gabungan Gelar Apel Jelang Libur Nataru.

Kamis, 11 Desember 2025 | 22:05 WIB

Bripka Eriqo Terima Penghargaan dari PBB

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:35 WIB
X