BPBD Sukoharjo memberikan perhatian serius disejumlah desa di wilayah bagian selatan meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu karena rawan kekeringan dan karhutla. "Kami sudah keluarkan status siaga rawan kekeringan dan karhutla. Artinya siaga menghadapi masalah warga kekurangan air bersih dampak cuaca panas dan kekeringan wilayah juga berdampak rawan karhutla. Saat ini sudah masuk fase kemarau basah dimana kondisi cuaca panas tapi masih ada awan mendung dan sesekali hujan. Kami terus berkoordinasi dengan BMKG dan pihak terkait di Sukoharjo," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo memperkirakan puncak kemarau basah terjadi mulai Agustus hingga tiga bulan kedepan. Selama periode tersebut diharapkan ada langkah antisipasi melibatkan pihak terkait.
"Yang dikhawatirkan terjadi kekeringan dan warga kekurangan air bersih. Jadi perlu dilakukan langkah antisipasi dimulai dengan pengecekan dan apabila ada warga kekurangan air bersih maka langsung dilakukan pengiriman bantuan air bersih. Termasuk terkait antisipasi karhutla," lanjutnya.
Dalam pengecekan stok air bersih warga dilakukan koordinasi BPBD Sukoharjo melibatkan camat dan kepala desa. Hal itu untuk memastikan stok air bersih di sumur rumah warga.
Baca Juga: Warga Geger, Agus Ditemukan Meninggal di Kamar Terkunci
Ariyanto mengatakan, kondisi cuaca saat ini panas ditandai dengan suhu udara terus naik. Bahkan dalam beberapa hari terakhir sudah tidak turun hujan. Cuaca saat ini diperkirakan sudah masuk perlahan dari musim hujan ke kemarau basah.
Cuaca panas berdampak pada kondisi lingkungan menjadi kering. Hal ini berdampak pada peningkatan kerawanan kebakaran. Potensi kebakaran terjadi baik di tempat terbuka maupun di bangunan tertutup.
"BPBD Sukoharjo bersama pihak terkait turun langsung keliling desa dan kecamatan memberikan sosialiasi dan edukasi. Ancaman kebakaran sudah didepan mata karena kondisi panas akibat pancaroba kemarau," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo meminta pada masyarakat untuk mewaspadai kebakaran dengan tidak melakukan tindakan kelalaian seperti membakar sampah sembarangan dan meninggalkan api masih menyala. Sebab tindakan tersebut membuat api mudah merembet ke tempah lain karena membakar berbeda disekitarnya karena kondisi kering.
Baca Juga: Pengemudi Bentor Tewas Dihantam Minibus
Tingginya kerawanan kebakaran membuat BPBD Sukoharjo meminta kepada semua pihak untuk tetap waspada. Termasuk para pelaku usaha dan perkantoran dengan melakukan pengecekan ulang instalasi listrik.
"Cek lagi instalasi listrik yang bisa jadi sumber kebakaran. Selain itu sediakan juga alat pemadam kebakaran ringan di tempat usaha dan perkantoran sebagai antisipasi dini," lanjutnya.
Ariyanto menambahkan, BPBD Sukoharjo dalam melakukan sosialiasi juga menekankan kepada orang tua untuk selalu mengawasi anak agar tidak bermain api yang bisa memicu kebakaran. "Jangan biarkan anak bermain api. Karena kondisi lingkungan kering dan rawan kebakaran. Tetap lakukan pengawasan," lanjutnya.
Berdasarkan pemetaan BPBD Sukoharjo diketahui ada lima desa dari total 150 desa di Kabupaten Sukoharjo masuk desa dengan tingkat karhutla paling tinggi. Kelima desa tersebut dalam kondisi sangat kering saat musim kemarau. Kerawanan kebakaran didukung dengan luasan hutan dan lahan yang ada di lima desa tersebut.
Baca Juga: Prodi Ketahanan Nasional UGM Latih Jurnnalisme Warga Seyegan, Kuatkan Ketahanan Sosial Budaya