KRjogja.com - SUKOHARJO - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo menemukan wilayah mulai kekeringan terdampak cuaca panas. Suhu udara tinggi membuat stok air bersih warga terus menurun drastis. Pemkab Sukoharjo merespon cepat dengan menyediakan bantuan air bersih untuk konsumsi rumah tangga. Sektor perairan juga disediakan terkait pemenuhan pertanian.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Sabtu (13/9/202) mengatakan, BPBD Sukoharjo terus melakukan pemantauan wilayah merespon kondisi perubahan cuaca ekstrem. Beberapa wilayah diketahui dalam kondisi mulai kering karena dampak suhu udara tinggi.
Cuaca panas mengakibatkan debit air mengalami penurunan drastis. Temuan tersebut didapati seperti di sumur, saluran air dan sungai. Namun demikian, kondisi yang terjadi sekarang masih dalam kategori normal.
Baca Juga: Hockey Indoor Porda DIY, Sleman dan Bantul Sabet Emas
"Suhu udara tinggi dampak cuaca panas mulai terasa dibeberapa wilayah mulai kering. Seperti temuan di Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan Weru. Ada sekitar dua atau tiga desa. Tapi kondisi belum parah. Artinya masih dalam kategori kekeringan normal dampak kemarau," ujarnya.
Hasil pemantauan BPBD Sukoharjo diketahui bahwa penurunan debit air di wilayah terdampak cuaca panas masih dalam kategori normal. Artinya stok air di sumur warga masih ada namun mengalami penurunan dibanding sebelumnya.
"Belum sampai air sumur warga kering total. Masih ada air tapi sedikit dampak cuaca panas. Kebutuhan air bersih untuk konsumsi rumah tangga tetap akan dijamin Pemkab Sukoharjo dengan mengirim bantuan ke wilayah terdampak kekeringan," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo melihat kondisi cuaca sekarang sulit diprediksi. Meski sudah ada temuan wilayah mulai kekeringan namun jumlahnya belum banyak. "Masih ada awan mendung dan hujan dengan curah hujan bervariasi mulai ringan, sedang dan tinggi. Artinya tetap masih ada hujan dan ini berdampak kondisi wilayah terdampak Kekeringan tidak banyak. Seperti pada bulan September ini baru ada sekitar tiga desa saja, padahal tahun sebelumnya pada periode sama jumlahnya bisa dua kali lipat," lanjutnya.
Baca Juga: Expose Potensi Wilayah Kemantren Kraton, Dimeriahkan Lomba Mewarnai Anak TK dan Pameran UMKM
BPBD Sukoharjo keluarkan status siaga rawan kekeringan berdampak warga kekurangan air bersih dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Status tersebut dikeluarkan mengingat sekarang sudah masuk fase Kemarau basah dan puncaknya terjadi pada periode Agustus hingga tiga bulan kedepan.
BPBD Sukoharjo sudah mengeluarkan status siaga kekeringan dan karhutla. BPBD Sukoharjo juga menerjunkan petugas dan pihak terkait membantu melakukan pengecekan kondisi wilayah dengan sasaran sumber penampungan air bersih warga seperti sumur, Pamsimas. Selain itu juga dicek terkait kondisi hutan dan lahan.
Status siaga rawan kekeringan dan karhutla secara resmi sudah disampaikan BPBD Sukoharjo kepada pihak terkait untuk ditindaklanjuti bersama. Langkah antisipasi dilakukan melibatkan pihak terkait mengingat kondisi masing-masing wilayah berbeda.
Baca Juga: PLN - IMIPAS Wujudkan Nusakambangan Berdaya Melalui Pemanfaatan FABA