PAGELARAN wayang kulit menampilkan dalang cilik Ki Djanggan Purbo Djati, siswa SMPN 1 Pengasih asal Sentolo Kulonprogo mampu menarik perhatian penonton yang memadati Anjungan DIY, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dalam rangka Peringatan HUT ke-19 Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP).
"Melalui pagelaran wayang kulit lakon 'Semar mBangun Kahyangan', tentu selain menjadi media tontonan juga tuntunan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari baik sebagai pejabat, pemimpin maupun profesi lainnya dan masyarakat umum," kata Pj Bupati Kulonprogo Drs Tri Saktiyana, Sabtu (18/6).
Selain Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, acara bertema 'Kita Mantapkan Sinergi dan Perkuat Kontribusi untuk Kemajuan Kulonprogo' tersebut juga dihadiri Ketua DPRD Akhid Nuryati, Bupati Tanah Laut Drs Sukamta dan Wawali Kota Banjar Baru, Wartono SE yang merupakan putra kelahiran Kulonprogo.
Pagelaran wayang kulit yang diawali penyerahan tokoh wayang oleh Pj Bupati Tri Saktiyana kepada Dalang Ki Djanggan Purbu Djati merupakan bagian pelestarian budaya Jawa khususnya Yogyakarta yang adiluhung, mengandung tiga filosofi naluri yang wajib diterapkan sekaligus dikembangkan setiap orang Yogya. Hamemayu ing bawana, manunggaling kawula lan Gusti, sangkan paran ning dumadi. "Di mana saja orang Yogya harus turut mempercantik dunia yang sudah cantik. Menyatunya umat dan Gusti, rakyat dengan pemimpinnya dan rakyat dengan pemerintahan. Kita juga harus menyadari asal usulnya dari mana kemudian tahu ke mana harus dituju," jelas Tri.
Sadar atau tidak sadar, pagelaran wayang kulit yang diadakan Bakor PKP sesungguhnya telah menjalankan naluri prinsip filosofi sangkan paran ning dumadi
. "Saat orang Yogya di perantauan mendengar irama gending merasa berada di daerah asalnya. Rasa itu merupakan naluri kerinduan akan asal usul atau kampung halaman kemudian pulang baik untuk kepentingan keluarga maupun berwisata," tuturnya didampingi Ketum Bakor PKP Agus Riyanto.
Kepala Kundha Kabudayan Kulonprogo, Dra Niken Probo Laras menjelaskan, pihaknya berperan aktif mensukseskan peringatan Hut Bakor PKP dengan mengirimkan grup kesenian tradisional tampil di TMII. Misi kebudayaan tersebut menggunakan dana keistimewaan dan kerjasama Badan Penghubung Daerah (Banhubda) DIY serta Bakor PKP.
"Pagelaran wayang kulit dalang cilik Ki Djanggan Purbo Djati pilihan tepat, selain melestarikan kebudayaan Jawa, memberikan tontonan dan tuntunan, dalangnya juga punya segudang prestasi yang patut mendapat apresiasi banyak pihak," tutur Niken.
Semar mBangun Kayangan mengisahkan, Semar dengan dharmanya selalu adil dan bijak hampir tak mampu memahami gonjang ganjing kehidupan arcapada sebab perubahan tata kehidupan manusia dengan demonologi, demagogi dan demonologinya mempengaruhi, melemahkan pikir dan rasa menjadi mimpi buruk dalam kehidupannya. "Tapi Semar tak pupus mengemban dharmanya, tetap teguh menebar kebaikan bertekad membangun kahyangan dengan kebijakan beriringan dengan kebajikan membentuk karakter manusia seutuhnya," tutur Ki Djanggan, siswa SMPN 1 Pengasih, juara satu DIY Dalang Anak Wayang Golek 2021.
Sekda DIY dalam sambutannya dibacakan Kepala Banhubda DIY Nugrohoningsih menjelaskan, pagelaran wayang kulit memiliki nilai sangat penting. "Melalui cerita penuh filosofi dan ajaran luhur tercermin dari watak dan karakter tokoh-tokoh wayang yang mencerminkan kepribadian kita. Wayang mengandung arti wewayanging ngaurip
gambaran kehidupan kita bersama," ujarnya. (Asrul Sani)