KULONPROGO, KRJogja.com - Perekonomian para pengusaha penginapan di kawasan Objek Wisata (Obwis) Pantai Glagah merosot tajam, bahkan terancam gulung tikar. Lantaran ditutupnya semua obwis di wilayah Kabupaten Kulonprogo sebagai konsekuensi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.
Untuk menutupi biaya operasional, banyak pengelola penginapan menggadaikan aset-aset mereka. "Selama PPKM Darurat maupun Level 4, jumlah tamu merosot bahkan nyaris tidak ada yang datang. Sementara biaya operasional tetap ada. Sehingga agar bisa bertahan maka kami terpaksa nombok
pakai uang tabungan. Untuk yang tidak ada simpanan tentu menggadaikan aset," kata Ketua Paguyuban Usaha Penginapan Mandiri Maju Bersama Pantai Glagah, Bento Sarino, Kamis (26/8).
Salah satu aset yang telah digadaikannya sepeda motor untuk mencukupi biaya operasional penginapan. Turunya jumlah tamu dirasakan para pengusaha penginapan sejak terjadi pandemi Covid-19 awal awal 2020 silam. Dalam perkembangannya kondisi semakin memprihatinkan seiring adanya kebijakan penerapan PSBB, PPKM, PPKM Mikro, PPKM Darurat, hingga PPKM level, yang menutup seluruh aktivitas wisata.
"Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat sangat berimbas pada dunia pariwisata termasuk penginapan. Nyaris tidak ada pengunjung karena pintu masuk pantai ditutup total," jelasnya.
Lebih lanjut Bento Sarino mengungkapkan, saat kondisi normal dulu, penginapan di Pantai Glagah yang mencapai puluhan unit bisa menampung hingga 10 tamu perhari. Tapi sekarang kondisinya jauh berbeda, jumlah tamu sangat terbatas bahkan dalam satu hari nyaris tidak ada yang menginap.
"Ada sih tamu menginap tapi hanya akhir pekan itu pun jumlahnya sangat terbatas. "Pendapatan yang kami peroleh dari tamu yang cuma datang pas hari Minggu dan itu tidak bisa menutup biaya operasional. Belum lagi kami harus bayar pajak ke pemda," ujarnya.
Nasib serupa juga dialami para pedagang di kawasan Obwis Pantai Glagah. Penutupan akses menunju pantai selama PPKM menyebabkan mereka tidak punya pendapatan. Agar bisa bertahan hidup mereka terpaksa banting stir ganti pekerjaan bahkan menjual perhiasan yang selama ini sebagai tabungan.
"Ada yang pindah jualan online
, nganggur dan buruh tani. Kerja apa saja yang penting bisa mencukupi kebutuhan keluarga," kata penjual oleh-oleh khas Pantai Glagah, Sri Warningsih.
Menjual perhiasan emas dan barang-barang berharga lainnya dilakukan para pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bayar sekolah, beli kuota buat belajar daring bahkan bayar angsuran bulanan. "Pendapatan turun drastis, antara 80-90 persen. Kalau dulu sebelum pandemi sehari saya bisa dapat Rp 100.000, sekarang paling cuma Rp 20.000 karena tidak pengunjung atau pembeli," ungkap Sri sedih mohon pihak terkait memperhatikan kondisi para pelaku wisata. (Rul)