KULONPROGO, KRJOGJA.com - International Airport/ Bandara Internasional Yogyakarta (YIA/ BIY) diklaim sebagai salah satu sarana transportasi udara terbesar dan termegah yang dikelola oleh PT Angkasa Pura (AP) I. Dari sisi 'runway' yang dimiliki YIA, landasan pacunya terkuat di Indonesia, mampu menerima pesawat terbesar dan terkuat di seluruh dunia.
Hal tersebut tidak berlebihan, mengingat YIA yang dibangun dengan anggaran Rp 11 triliun merupakan pengganti Bandara Internasional Adisutjipto yang saat ini tidak mampu lagi menampung lonjakan penumpang. Sehingga YIA benar-benar dipersiapkan sebagai bandara internasional yang kelak hingga puluhan tahun tidak mengalami 'crouwded'.
Bahkan manajemen AP I rela menganggarkan dana yang jumlahnya cukup fantastis, Rp 60 miliar untuk 'artwork' atau karya seni yang dipajang di BIY dengan tujuan, selain bandara modern juga klasik dengan menampilkan muatan lokal dalam hal ini 'Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat' dan potensi lima desa terdampak pembangunan BIY yang dikemas dalam karya seni.
"Dana Rp 60 miliar memang kami khususkan untuk artwork
. Mulai dari depan Kompleks YIA, ada Semar Tinandu. Setelah masuk di pintu gerbang masyarakat 'disambut' patung 'memayu hayuning bawana' atau ibu bumi, bapa angkasa, 'gunungan' dan dua balai kambang yang di dalamnya nanti ada prasasti peresmian dan 'Jogja Renaisans'," kata Project Manager Pembangunan YIA PT AP I, Taochid Purnama Hadi, Jumat (6/3).
Sementara di dalam BIY, calon penumpang maupun penumpang yang turun dan keluarga pengantar akan mendapati pemandangan karya seni yang luar biasa indah. Di terminal terdapat Patung 'Bedhaya Kinjeng Wesi' dan 'Among Bocah' yang merupakan tempat bermain anak berupa miniatur pesawat terbang di di tempatkan di pojok ruang tunggu keberangkatan. Kemudian di lima 'gate' dipasang 'relief' atau seni pahat dan ukiran tiga dimensi yang menggambarkan sejarah kehidupan masyarakat lima desa terdampak YIA.
"Di 'area publik' kedatangan ada 'Lawang Papat' dan dua 'plengkung' di sisi kiri dan kanannya. Totalnya ada 17-an 'artwork' yang terpasang di YIA, termasuk di antaranya Taman Sari dengan permainan airnya," ungkap Taochid.
Guna menghasilkan karya seni yang indah dan sempurna, maka pihak AP I menyerahkan sepenuhnya pada para seniman lokal Yogya. Semua desain dan dikurasi oleh Art Jog, tapi sebelum proses pembuatannya dilakukan, terlebih dahulu dikonsultasikan pada Raja Yogya sekaligus Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwana X. "Setelah 'desain' dan tata letaknya disetujui 'Ngarsa Dalem' baru diterapkan di BIY," ujarnya menambahkan di antara seniman yang terlibat pembuatan 'artwork', khususnya Patung 'Bedhaya Kinjeng Wesi' bermaterial cor alumunium dan stainles adalah Ichwan Noor.
(KR)