WATES, KRJOGJA.com - Perkembangan sektor pariwisata Kulonprogo memang tertinggal dengan kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain infrastruktur jalan sebagai akses belum memadai sehingga sejumlah objek wisata (obwis) unggulan sulit dijangkau. Pengelolaannya juga belum profesional.
Terlepas masalah tersebut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo di bawah kepemimpinan pasangan Bupati-Wakil Bupati (Wabup) Terpilih untuk masa jabatan 2017 - 2022, dr H Hasto Wardoyo SpOG (K) - Drs H Sutedjo memang tidak mau terjebak ikut-ikut mengembangkan obwis alam secara berlebihan seperti yang dilakukan kabupaten lain.
"Ke depan pengembangan destinasi wisata alam tetap akan kami lakukan tapi tidak mau ikut-ikutan kabupaten lain. Karena perlu diketahui yang datang berkunjung ke obwis misalnya gunung, pantai maupun goa itu hanya wisatawan lokal dan turis asing jarang. Jadi turis asing datang ke Indonesia bukan karena pantai atau yang serba modern, tapi mereka lebih tertarik dengan obwis yang ada nilai lokalitas, tari, atau candi. Turis banyak datang ke Yogja ingin melihat Keraton, Borobudur, Prambanan. Sehingga mereka suka dengan kekayaan budaya (heritage
)," kata dr Hasto menanggapi pertanyaan KRjogja.com seputar upaya pengembangan destinasi wisata Kulonprogo pada masa-masa mendatang.
"Kalau ingin mendatangkan turis asing ya membangun yang objek klasik. Karena itu kami akan membangun Taman Kerajaan Nusantara. Ini penting dalam upaya belajar sejarah dan lainnya yang dituangkan di situ, sehingga tidak sebagai tempat wisata tapi juga tempat belajar. Taman Kerajaan Nusantara merupakan prasasti dan museum," tambahnya, di Rumah Makan Dapur Semar, Beji, Wates beberapa waktu lalu.
Pihaknya mengakui lima tahun lalu belum bisa memberikan koneksi untuk menghubungkan ke obwis baru, karena ruas jalan yang rusak tercatat 925 kilometer. Sehingga selama dirinya menjabat bupati periode pertama fokus memperbaiki jalan rusak sampai ke pelosok-pelosok. "Sekarang sudah lumayan, sehingga untuk lima tahun ke depan kami akan mengutamakan koneksitias menuju wisata terutama Bedah Menoreh. Berhasil atau tidaknya pemasaran obwis tergantung kondisi infrastruktur jalan. Jadi kunci utamanya jalan menuju objek wisata harus bagus. Tentang jalan belum bisa lebar karena kiri kanannya jurang, itu nanti kita pikirkan. Yang terpenting sekarang membuat jalannya bagus dulu," tutur dr Hasto.
Diungkapkan, tahun kemarin pengembangan obwis sudah dimulai di Goa Kieskendo. Jalan diperlebar dan dibuat Sendratari Sugriwa Subali agar bisa bersaing dengan Sleman yang terkenal dengan Sendratari Ramayana. Selain itu meningkatkan kualitas obwisnya, misal Goa Kieskendo sejak dulu tidak ada perkembangan hanya seperti itu maka akan diperbaiki dengan dibuatkan taman dan panggung untuk pentas Sugriwa Subali. Panggung di bawah dengan background gunung. Nanti pentasnya bisa sebulan dua kali. Ini yang akan membuat suatu objek tidak stagnan. "Dengan adanya perbaikan-perbaikan yang sedap dipandang mata maka tidak ngisin-isinke ketika turis berkunjung ke Goa Kiskendo. Sekarang jalannya sudah lebar, ada sendratari, panggung, relief dan lainnya. Kan menarik," kata Hasto.
Sebagai Kawasan Strategis Penyangga (KSPN) Borobudur, jalan-jalan juga sudah ditingkatkan melalui Bedah Menoreh. Girimulyo melalui Bedah Menoreh sampai Samigaluh, Tritis-Suroloyo sudah lumayan bagus jalannya.
Obwis unggulan lainnya juga akan ditingkatkan. Seperti Waduk Sermo dan Kalibiru. Pihaknya sudah mengajak investor untuk membuat taman. Kerjasama dengan warga membuat taman dengan memanfaatkan gunung. Yang merupakan impian tapi mudah-mudah tercapai adalah Waduk Sermo-Kalibiru dengan menggunakan kereta layang, nanti juga ke Gunung Gajah. Karena Waduk Sermo tidak boleh disentuh karena cagar alam, maka membangun kereta layang dari pinggirnya tanpa menyentuh Waduk Sermo. Sudah ada investor yang menyanggupi, karena pengunjung Obwis Kalibiru sudah mencapai rata-rata minimal 25 ribu perbulannya.