KULONPROGO (KRjogja.com) - Kasus antraks di wilayah Desa Purwosari Kecamatan Girimulyo tidak menyurutkan warga untuk membeli daging sapi ataupun kambing. Penjualan daging sapi maupun kambing tetap stabil.
Staf Kesmavet Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo, drh Joko Purwoko mengimbau pedagang agar menjual daging yang berasal dari rumah potong hewan (RPH) dan saat di pasar membawa surat keterangan kesehatan daging dari RPH tempat sapi dipotong. Dengan begitu daging yang dijual benar-benar dalam kondisi sehat.
"Daging dari RPH benar-benar sehat karena hewan sebelum dipotong sudah diperiksa dulu dan setelah dipotong juga diperiksa kesehatan dagingnya,†ujarnya ketika pemantauan di Pasar Glaeng Desa Jangkaran Kecamatan Temon, Selasa (24/01/2017).
Menurut Joko, daging yang sehat yakni bila dilihat secara fisik warnanya merah cerah, baunya segar daging, tidak berlendir dan tidak rapuh dan tidak berwarna hijau kebiruan. Bila dilihat secara fisik tidak bisa dibedakan ciri-ciri daging yang terkena bakteri antraks atau baketeri lainnya, sebab harus uji laboratorium.
Sementara itu, penjualan daging baik sapi dan kambing di pasar tradisional di Kulonprogo tetap stabil, meski ada kasus antraks di wilayah Desa Purwosari Kecamatan Girimulyo. Siyah salah satu pedagang di Pasar Glaeng Desa Jangkaran Kecamatan Temon mengatakan, penjualan tetap stabil tidak terpengaruh isu antraks dan harga tetap stabil pula Rp 120 ribu per kilogram.
"Tidak terpengaruh. Dalam sehari rata-rata terjual daging sapi maupun kambing 30-40 kilogram. Bila ada pesanan akan lebih banyak lagi. Daging dari Semarang, saya selektif terhadap daging yang akan dijual. Kalau jelek saya kembalikan," paparnya. (Wid)
