LENDAH (KRJogja.com) - Pada masa akhir tahun seperti sekarang ini, produksi batik di Kulonprogo mengalami penurunan hingga 20 persen. Tapi begitu memasuki tahun baru, permintaan secara nasional kembali meningkat. Mensiasati kelesuan permintaan pasar nasional tersebut maka para perajin batik memaksimalkan pasar lokal dalam memasarkan produk mereka.
"Sudah jadi trend di semua daerah termasuk Pekalongan Jawa Tengah yang notabene sentral batik, setiap akhir tahun produksi dan pemasaran batik dipastikan menurun. Permintaan melonjak kembali pada saat pengadaan seragam anak sekolah, awal tahun," kata Pemilik Rumah Batik Farras, Umbuk Haryanto di Pedukuhan Sembungan, Gulurejo, Lendah, Rabu (29/11).
Kendati saat ini pesanan batik relatif sepi, tapi pihaknya tetap optimis batik produknya tetap disukai pasar. Hal tersebut tidak lepas dari kualitas barang yang ditawarkan cukup bagus. Umbuk Haryanto mengklaim batik yang diproduksinya memiliki keunggulan dari sisi desain dan warna lebih cerah. Pengalaman pembatik dalam menorehkan canting membuat guratan motif lebih mendominasi. Selain memproduksi batik tulis, Umbuk Haryanto juga membuat batik cap dan kombinasi.
Produk pengrajin batik asal Lendah salah satunya Batik Farras selama ini memang sudah cukup dikenal dan telah mendominasi pasar batik nasional. Permintaan datang dari berbagai daerah seperti Jakarta, Samarinda, Banjarmasin, Makasar dan Bandung. "Untuk pasar lokal, kebanyakan batiknya motif gebleg renteng yang telah jadi ikon Kulonprogo," ungkapnya.
Dalam menggarap pesanan, Rumah Batik Farras mempekerjakan 500-an pecanting yang tersebar di sejumlah pedukuhan di Lendah. Sementara data menyebutkan di Lendah tercatat ada 25-an perajin batik dan produk mereka juga telah membanjiri pasar batik di luar daerah.
Terpisah Perajin Batik New Sinar Abadi Batik, Sugeng mengaku dalam upaya meningkatkan pemasaran produknya selalu berinovasi sehingga disukai pasar. Termasuk membuka outlet di Kabupaten Bantul. Selain membuka outlet di luar kabupaten pihaknya juga sering mengikuti dan mengadakan pameran batik. Batik gebleg renteng
merupakan motif khas Kulonprogo. Dengan diluncurkannya batik tersebut oleh Bupati dr Hasto Wardoyo saat itu mampu menghidupkan ratusan perajin batik di kabupaten ini. Proses memproduksi kain batik tergolong cukup rumit dan untuk menghasilkan sebuah karya yang berkualitas dibutuhkan kemahiran dan ketelitian pecanting. Tahapannya diawali membuat pola di atas kain putih. Selanjutnya dicanting menggunakan malam mengikuti pola tadi. Selanjutnya dilakukan pewarnaan. Khusus untuk pewarnaan tertentu, prosesnya bisa sampai dua atau tiga kali. “Setelah itu dilakukan pelepasan malam kemudian dicuci dan dijemur,†tutur Umbuk.
Ketua Komisi II DPRD Kuloprogo dari Fraksi PAN Muhtarom Asrori mengatakan, agar pemasaran batik produk Kulonprogo laris manis di pasaran maka pemkab hendaknya melakukan pendampingan dengan menciptakan pasar batik di Kulonprogo. Hal tersebut penting mengingat para perajin hingga saat ini belum memiliki 'showroom' untuk menjual produk mereka. “Perajin batik yang baru merintis atau sedang berkembang sangat membutuhkan 'showroom' untuk menampung sekaligus memajang produk mereka sehingga bisa diketahui khalayak ramai,†tuturnya menambahkan dinas pengampu hendaknya juga memfasilitasi berupa pelatihan dan bantuan modal kerja. (Rul)