Krjogja.com YOGYA - Upacara adat Nyadran Agung merupakan agenda besar dan rutin digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo. Tradisi nyadran salah satu warisan budaya Islam-Jawa yang diajarkan Walisongo, yang terangkai bagaikan sebuah untaian legenda, penuh ketakjuban, karena sarat makna keislamannya.
"Walisongo dikenal bukan hanya penyebar Islam yang gigih dan produktif tapi juga perintis berbagai kegiatan kreatif tradisi dan seni Islami," kata Pj Bupati Kulonprogo Ni Made Dwipanti Indrayanti saat Nyadran Agung di utara Alun-Alun Wates, Rabu (6/3).
Prosesi nyadran agung, selain doa bersama, juga dilakukan rebutan atau rayahan
tiga gunungan hasil bumi, apem dan nasi oleh warga yang memadati lokasi nyadran.
Diungkapkan, tradisi nyadran diadakan setiap tahun pada bulan Ruwan. Ini salah satu upaya melestarikan budaya Jawa yang sudah menyatu dengan masyarakat. Nyadran sebagai sarana silaturahmi mempererat persaudaraan, yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, tanpa memandang status sosial maupun agama yang menambah nilai keindahan suatu kebudayaan.
“Nyadran Agung salah satu budaya yang masih diuri-uri sampai saat ini, merupakan kebudayaan bangsa yang dapat membangun toleransi, budi pekerti luhur dan juga sebagai pembelajaran untuk generasi muda agar menghormati leluhurnya," ujar Pj Bupati Ni Made.
Sementara itu Gubernur DIY, Sri Sultan HB X dalam sambutannya yang dibacakan Paniradya Pati Keistimewaan DIY, Aris Eko Nugroho mengatakan, nyadran agung di Kabupaten Kulonprogo bukan semata sebuah perayaan tapi juga momentum memperkuat kohesi sosial kemasyarakatan kita dengan doa bersama lintas agama. "Kita menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman adalah kekuatan, kebersamaan dan harmoni adalah pondasi utama bagi pembangunan masyarakat yang lebih baik," jelas Sultan.
Nyadran Agung sebagai titik awal bagi kita untuk terus menjaga dan merawat warisan budaya dan spiritual yang telah diamanatkan. Melalui tradisi nyadran, Ngarsa Dalem mengajak seluruh masyarakat membangun dunia yang lebih damai. Setiap individu saling menghargai, memahami dan mendukung dalam perjalanan spiritual masing-masing.
“Mudah-mudahan dalam Nyadran Agung 2024 membawa cahaya baru bagi kita semua, membuka pintu ke arah masyarakat yang lebih harmonis, berbudaya dan religius. Bersama kita membangun keutamaan dari tradisi, cinta, keadilan dan perdamaian menjadi tumpuan bagi kehidupan kita bersama," harap Sultan. (Rul)