KRJogja.com, KULONPROGO - Pengunjung dan karyawan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) merasa terganggu dengan kemunculan spesies ulat gagak. Ulat bernama latin Orthomorpha Coarctata tersebut nampak di beberapa area bandara, di antaranya arena parkir kendaraan, jalan penghubung dari tempat parkir ke terminal hingga di depan terminal kedatangan.
Bahkan ada yang merambat di jalan, selokan dan tembok bangunan bandara. Salah satu pengunjung YIA, Zahra mengaku merasa terganggu menyaksikan ulat gagak. Demikian juga karyawan dari stakeholder YIA terganggu.
"Ya risih juga sih, mudah-mudahan segera diatasi, karena sudah banyak yang mengeluh dan merasa terganggu dengan kemunculan ulat-ulat tersebut," kata Zahra, Jumat (19/4).
Sementara itu karyawan salah satu maskapai, Reza Nur Fadila mengungkapkan, sebenarnya ulat sering muncul setiap musim penghujan dan akan hilang ketika masuk musim kemarau. "Ya kalau saya sudah biasa karena dari awal sudah serin muncul. Tapi pas musim panas nanti mulai berkurang," tuturnya.
Diungkapkan, kemunculan ulat gagak tahun ini tergolong lebih banyak dari tahun sebelumnya. Bahkan telah merambah hingga luar kawasan bandara. "Ulat-ulat tersebut memang sudah ada sejak awal bandara beroperasi dan kalau musim penghujan paling banyak. Bahkan sampai merambah di sekitar kos-kosan sekitar sini," jelasnya.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca di DIY Sabtu, 20 April 2024, BMKG Beri Peringatan Dini, Waspada Turun Hujan Petir
Secara terpisah General Manager YIA, Rully Artha membenarkan kemunculan ulat gagak di kawasan bandara tersebut. Dalam upaya mengatasi hal tersebut, pihaknya telah menerjunkan tim untuk membersihkan ulat agar tidak menggangu operasional penerbangan.
"Langkah yang kita lakukan kolaborasi dengan teman-teman BMKG dan tim teknis kami melakukan pembersihan ulat-ulat tersebut sehingga tidak menggangu operasional kami," katanya.
Berdasarkan informasi BMKG ungkap Rully, ulat gagak muncul dipicu udara lembab selama peralihan musim dari hujan ke kemarau.
Berdasarkan informasi BMKG ungkap Rully, ulat gagak muncul dipicu udara lembab selama peralihan musim dari hujan ke kemarau.
"Terkait ulat, kami barusan kolaborasi dengan BMKG, yang menerangkan bahwa karena adanya perubahan cuaca yang cukup signifikan antara hujan dan kondisi panas, sehingga menimbulkan ulat gagak keluar dari sarangnya," ungkap Rully.
Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono kepada wartawan membenarkan, perubahan musim menjadi salah satu faktor ulat gagak keluar dari sarangnya. Diketahui bahwa areal bandara memang menjadi sarang bagi spesies ulat gagak. (Rul)-