KRjogja.com - KULONPROGO - Ribuan warga Kabupaten Kulonprogo dan sekitarnya mengikuti acara senam dan jalan sehat yang diadakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan DIY di Alun-alun Wates, Kulonprogo, DIY.
Kegiatan tersebut sebagai rangkaian Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 tahun 2024 yang terpusat di Kabupaten Kulonprogo.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Muhamad Iqbal Apriansyah berharap senam dan jalan sehat bisa menciptakan Keluarga Berkualitas menuju Indonesia emas. Dari Kulonprogo untuk DIY kemudian dari DIY untuk Indonesia.
"Jalan sehat diikuti sekitar 7.000 peserta. Alhamdulillah animo masyarakat mengikuti semua kegiatan Peringatan Harganas di DIY termasuk senam dan jalan sehat luar biasa tinggi, bahkan ada masyarakat yang gak kebagian tiket," katanya di sela jalan sehat kemarin.
Nampak hadir melepaskan peserta jalan sehat, Kepala BKKBN RI Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG (K), Pj. Bupati Kulonprogo Srie Nurkyatsiwi dan Forkompimda.
Muhamad Iqbal mengungkapkan, dalam membentuk keluarga berkualitas, BKKBN tidak bisa bertindak sendiri dan butuh dukungan seluruh unsur pentahelix, yaitu pemerintah, swasta, perguruan tinggi hinga media massa.
Sehingga pihaknya melakukan sosialisasi tentang kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. "Harapannya bisa membentuk keluarga sehat dan berkualitas sejak dini," ujar Iqbal.
Tentang pencegahan pernikahan dini sebagai bagian mengatasi stunting, BKKBN melaksanakan program pendewasaan usia perkawinan melalui Genre. Kampanye pendewasaan usia perkawinan itu penting, usia untuk perempuan minimal 21 tahun dan 25 tahun untuk laki-laki.
"Direntang usia itu, harapannya sudah siap secara fisik, mental dan spiritual sehingga siap menjadi keluarga yang sehat dan sejahtera," jelas Muhamad Iqbal.
Sementara itu Kepala BKKBN RI, dr Hasto Wardoyo menanggapi pertanyaan tentang hasil survei stunting yang nilai angkanya justru meningkat sementara kondisi riil di lapangan sesungguhnya by name by address turun.
Menurutnya pemadanan data stunting antara Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) penting.
"Jadi begini stunting ada dua data yakni EPPGBM kita anggap real count dan SKI adalah quick count. Untuk treatment saya minta pakai real count yang ada namanya, makanya saya bilang pada semua kepala daerah di seluruh Indonesia untuk menyempurnakan EPPGBM sampai 100 persen, ada by name by addressnya," jelasnya.
"Khusus di DIY sangat terjangkau. Jadi kalau mau mengendalikan by name by address sangat mungkin. Sangat visible beda dengan daerah-daerah luar Jawa medannya sulit sekali," tegas dr Hasto. (Rul)