kulonprogo

Tak Ikut Aksi Mogok, Perajin Tahu-Tempe Kulonprogo Terus Produksi

Senin, 21 Februari 2022 | 22:10 WIB
Perajin tahu di Sentolo tak terpengaruh aksi mogok dan memilih tetap produksi. KRJogja.com-Asrul Sani

KULONPROGO, KRJOGJA.com - Para perajin tahu dan tempe di Kabupaten Kulonprogo memutuskan tidak ikut aksi mogok. Ketua Paguyuban Tahu Murni Wonobroto Kalurahan Tuksono Kapanewon Sentolo, Ponimin Harjono menegaskan pihaknya tetap beroperasi membuat tahu, kendati perajin tahu se-Pulau Jawa menggelar aksi mogok selama tiga hari, Senin-Rabu (21-23/2).

"Di Tuksono, khususnya Wonobroto mungkin tidak ikut-ikutan mogok produksi, karena tahu merupakan kebutuhan ekonomi menengah ke bawah. Apalagi tahu setiap hari dibutuhkan masyarakat. Artinya kami tetap produksi," tegasnya, Senin (21/2)

Dirinya sudah mendengar tentang rencana aksi mogok produksi tahu dan tempe se-Jawa sejak Minggu (20/2/2022). Informasi tersebut ditindaklanjuti dengan mengumumkannya ke anggota Paguyuban Tahu Murni Wonobroto untuk menentukan sikap apakah akan ikut aksi mogok produksi atau tidak. Pengurus dan anggota paguyuban sepakat mereka tetap memroduksi tahu.

Selain untuk menjaga agar dapur tetap ngebul, tidak ikutnya perajin tahu Wonobroto dalam aksi mogok juga untuk menjaga kesetiaan pelanggan. Pihaknya khawatir kalau ikut mogok maka konsumen akan beralih ke pemasok lain. "Kami khawatir perajin lain memanfaatkan kesempatan sehingga 'ngedrop' di pasaran yang selama ini kami cukupi. Kan kami rugi sendiri," ungkapnya.

Pedukuhan Wonobroto sentra industri tahu terbesar di Kabupaten Kulonprogo. Tercatat 43 perajin dalam sehari mampu memproduksi dua ton tahu. Produk mereka pasarkan di seluruh wilayah DIY. Sehingga kalau mereka mogok produksi, maka produk tahu berpotensi hilang di pasaran DIY.

Perajin tahu lainnya, Samsuri (30) warga Wonobroto mengjelaskan, harga kedelai di pasaran saat ini Rp 11.500 perkilogram (kg). Sebelumnya di bawah Rp 10.000 perkg. Agar tidak merugi maka dalam memproduksi tahu dirinya mengurangi ukurannya. "Kalau biasanya ketebalan tahu lima centimeter (cm) maka sekarang kami kurangi menjadi 3,5 cm," ujar Samsuri.

Siasat lain yang diterapkan Samsuri membatasi stok tahu. Langkah ini untuk mengantisipasi menurunnya kualitas tahu jika terlalu lama disimpan. "Agar tidak rugi maka stoknya dikurangi. Kalau kami bikin tahu banyak dan ternyata tidak laku. Lama-lama kualitas tahu tidak bagus. Sehingga kami buat tahunya disesuaikan dengan permintaan pasar saja," katanya.

Secara terpisah perajin tempe di Kalurahan Bendungan Kapanewon Wates, Kabul (40) mengaku tetap produksi. Untuk mencegah agar tidak rugi seiring mahalnya harga kedelai import maka dirinya juga mengurangi ukuran tempe yang diproduksi. Jika sebelumnya tempe buatannya selebar tangan orang dewasa maka sekarang lebih kecil.

"Saat harga kedelai masih murah ukuran tempe yang saya buat cukup besar, sekarang karena kedelai mahal, mau tidak mau yang dikurangi, jadi lebih kecil," ungkap Kabul. (Rul)

Tags

Terkini

YIA Siap Layani Lonjakan Penumpang Libur Akhir Tahun

Kamis, 18 Desember 2025 | 19:50 WIB

Peran Strategis Baznas Bantu Masyarakat

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:30 WIB

Data BPS Bisa Dikemas Jadi Konten Edukatif

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:45 WIB

Direksi KR Silatuhrami dengan Bupati Kulonprogo

Minggu, 7 Desember 2025 | 17:46 WIB