KULONPROGO (KRJogja.com) - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, GKR Hemas menegaskan pentingnya penguatan budaya lokal sebagai identitas kalurahan. Konsep Desa Mandiri Budaya digagas sejak 2012 dan program desa budaya sudah jadi bagian kebijakan daerah dan memiliki indikator jelas.
“Ada beberapa syarat jadi Desa Mandiri Budaya, di antaranya kegiatan seni rutin, kekayaan karya tari khas, pelestarian alat musik tradisional seperti gamelan dan keberadaan sanggar-sanggar budaya,” katanya saat kunjungan kerja dalam masa reses ke Kalurahan Triharjo, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulonprogo, DIY, Selasa (29/7).
Dengan didampingi GKBRAy Adipati Paku Alam, GKR Hemas menyerap aspirasi masyarakat sekaligus mendorong percepatan pembangunan berbasis budaya dan penguatan sektor pertanian. Kehadiran GKR Hemas dikemas dengan konsep 'Sapa Aruh' disambut penampilan Seni Tari Merak dari Sanggar Dewa Mambang di Padukuhan Seworan, Triharjo.
Selain penguatan budaya, sektor pertanian juga menjadi perhatian utama. Ketahanan pangan fondasi penting dalam meningkatkan kemandirian ekonomi rakyat. Pengembangan pertanian modern dengan dukungan teknologi menjadi kunci mewujudkan ketahanan pangan. Regenerasi petani dinilai penting, khususnya menjaga semangat petani milenial agar tidak meninggalkan sektor pertanian.
“Anak-anak muda bisa bertani dengan sistem irigasi pintar, cukup lewat HP. Dengan bertani yang lebih sistematis menerapkan teknologi maju, pertanian kita bisa lebih unggul dari daerah lain,” tuturnya.
'Sapa Aruh', agenda rutin kunker anggota DPD RI dalam membuka ruang komunikasi langsung dengan warga. “Ternyata memang masih banyak hal yang perlu kita dorong bersama, khususnya mendorong daerah jadi Desa Mandiri Budaya dan memperkuat sektor pertaniannya,” ujarnya.
Meski Kulonprogo masih banyak kekurangan alat pertanian seperti traktor, tapi kabupaten ini punya potensi besar menjadi pusat produksi pertanian unggul. “Bicara ketahanan pangan maka Kulonprogo dengan luas tanah pertaniannya mestinya bisa menjadi daerah pertanian berkualitas tinggi.
Sementara itu Lurah Triharjo, Suyanto menjelaskan, pihaknya bertekad meningkatkan kualitas kalurahan, baik dari aspek kebudayaan maupun pertanian. Kunjungan GKR Hemas jadi motivasi bagi warga Triharjo. Pihaknya berharap kunjungan istri Sri Sultan HB X tersebut menjadi titik awal bagi Triharjo untuk menjadi Desa Mandiri Budaya yang juga unggul dalam sektor pertanian.
“Kalurahan Triharjo saat ini masih kategori tumbuh, tingkatan paling bawah. Kami berharap kunjungan Kanjeng Ratu Hemas, kalurahan kami bisa naik kelas jadi Desa Mandiri bahkan Desa Mandiri Budaya,” harap Suyanto.
Selain penguatan identitas budaya, sektor pertanian jadi perhatian utama dalam pertemuan. Suyanto mengungkapkan kalurahan yang dipimpinnya masih keterbatasan alat pertanian, khususnya traktor yang berakibat keterlambatan musim tanam sehingga berdampak pada penurunan hasil panen.
“Saat musim tanam kemarin, beberapa wilayah di Kalurahan Triharjo mengalami keterlambatan karena kekurangan traktor. Akibatnya, hasil panen padi tahun ini tidak maksimal,” jelasnya.
Wakil Bupati Ambar Purwoko menilai kunjungan GKR Hemas penting dalam memperkuat sinergitas antara pemerintah daerah, pemerintah desa dan masyarakat. “Kegiatan ini jadi momentum menyerap aspirasi langsung dari masyarakat dan menjembatani harapan mereka dengan kebijakan pemerintah. Sehingga potensi dan inovasi di Kalurahan Triharjo berkembang,” ujarnya. (Rul)