KRJogja.com, WATES - Daun kelor (Moringa oleifera) yang selama ini hanya dikenal sebagai sayur pelengkap, kini naik kelas menjadi pangan fungsional bernilai tambah di Kalurahan Ngargosari Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulonprogo.
Berkat kolaborasi dengan tim pengabdian masyarakat Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (Unjaya) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD), warga Ngargosari berinovasi mengolah kelor menjadi beragam produk, mulai dari stik, bakpia hingga snack bar.
Inisiatif ini lahir dari dua kebutuhan mendesak, yakni masih tingginya kasus anemia di masyarakat pedesaan dan terbatasnya pengetahuan warga dalam mengolah tanaman lokal menjadi produk bernilai jual.
Lewat serangkaian pelatihan, ibu-ibu PKK Ngargosari didampingi untuk menghasilkan pangan sehat yang dapat diproduksi secara mandiri dari rumah.
"Kelor itu tanaman ajaib, dengan sentuhan teknologi sederhana, kandungan gizinya bisa tetap terjaga sekaligus menambah nilai ekonomi," kata Ketua Tim Pengabdian, Nur'Aini Purnamaningsih SSi MSc dari Prodi Teknologi Bank Darah Fakultas Kesehatan Unjaya Yogyakarta, Kamis (21/8/2025).
Baca Juga: Kapolres Sukoharjo Pimpin Sertijab Pejabat Utama dan Kapolsek Jajaran
Pernyataan tersebut disampaikan di Kalurahan Ngargosari pada acara serah terima aset hibah. Pada kesempatan itu, Aset hibah yang disalurkan meliputi media edukasi anemia, alat cek hemoglobin, kompor gas, timbangan digital, hand sealer, hingga perlengkapan produksi untuk membuat bakpia, stik dan snack bar berbahan kelor.
Penyerahan dilakukan di Aula Kalurahan Ngargosari, disaksikan Lurah Ngargosari Lobertus Kiswanto, Carik Tri Hidayat, jajaran pamong desa dan Ketua PKK Ngargosari, Ruyatni.
Menurut Nur'Aini, program yang bertajuk 'Pemberdayaan Masyarakat dalam Optimalisasi Diversifikasi Olahan Pangan Fungsional Pencegah Anemia dari Daun Kelor untuk Menunjang Ketahanan Pangan' ini tak hanya berorientasi pada kesehatan, tetapi juga menyasar pemberdayaan ekonomi keluarga.
Daun kelor dikenal dunia sebagai superfood dengan kandungan protein, vitamin dan mineral tinggi yang bermanfaat mencegah anemia. Selama ini, warga hanya mengenalnya sebagai sayur tambahan atau tanaman hias.
Melalui program ini, kelor diproyeksikan sebagai ikon pangan fungsional yang memperkuat ketahanan pangan keluarga sekaligus membuka peluang usaha berbasis ekonomi kreatif.
Kegiatan tersebut juga mendapat dukungan dari Kepala LPPM Unjaya Dr Bdn Tri Sunarsih SST MKes serta Kepala LPPM UAD Prof Ir Anton Yudhana ST MT PhD. Program ini menjadi bagian dari Skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat yang didanai Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kemendiktisainstek.
Dengan langkah kecil dari desa, kelor kini tidak lagi sekadar sayuran pinggiran. Di tangan warga Ngargosari, kelor menjelma sebagai simbol inovasi pangan sehat yang mampu meningkatkan kualitas hidup sekaligus membuka jalan kemandirian ekonomi. (Obi)