Ketika Pacaran Berujung Kekerasan

Photo Author
- Rabu, 26 Juli 2017 | 00:17 WIB

“SELAMAT ya, kamu beruntung banget bisa pacaran sama dia. Coba, kurang apa sih dia itu? Udah lucu, ramah, pinter, jago main musik, rajin ibadah lagi. Baik-baik ya sama dia!”

Jenifer -bukan nama sebenarnya- kerap mendengar kawan-kawan sekolahnya memuji sosok kekasihnya. Bahkan tak sedikit yang iri padanya karena memiliki kekasih ideal. Namun apa yang terlihat sempurna belum tentu sempurna. Hal itu benar-benar disadari oleh Jenifer ketika hubungannya dengan sang kekasih menginjak usia 1 tahun.

Kekasihnya yang penuh kelembutan dan kasih sayang itu perlahan-lahan berubah menjadi sebuah teror dalam kehidupannya. Perlahan-lahan, masa SMA Jenifer selalu diliputi dengan ketakutan akan kekasihnya yang sewaktu-waktu dapat menyerangnya dengan kalimat-kalimat penuh penyudutan dan intimidasi.

Dari mulai pakaian yang dipakai, teman bergaul, semua harus sesuai dengan kemauan cowoknya. Bahkan untuk sekadar datang ke acara ulang tahun sahabatnya, ia tidak diizinkan. Selama 24 jam yang dimiliki Jenifer seolah hanya untuk kekasihnya seorang. Jika sampai ia tak memberi kabar tentang keberadaanya setiap jam, dengan siapa ia pergi maka amarah dan cacian siap ia terima.

Pernah suatu kali, karena tidak memberi kabar, 68 panggilan tak terjawab dari kekasihnya tertera pada layar ponsel. Tak lupa, pesan singkat penuh kalimat amarah masuk ke dalam kotak masuknya.

Batin Jenifer semakin tersiksa ketika ternyata kekasihnya pun tak rela berbagi waktu yang dimilikinya untuk keluarga Jenifer sendiri. Kekasihnya mengeluarkan kalimat-kalimat penuh intimidasi dan penyudutan saat Jenifer hendak ikut berlibur dengan keluarganya.

Jenifer sering sekali ingin melawan, ingin membantah dan tak menuruti larangan-larangan kekasihnya, namun kalimat-kalimat kekasihnya yang cenderung menyudutkan dan mengancam terasa begitu menakutkan untuk ia dengar.

Setiap Jenifer merasa sudah tak sanggup lagi menjalani hubungan tersebut dan ingin mengakhiri hubungan mereka, pacaranya tiba-tiba berubah baik sekali. Ia selalu dipuja-puja oleh kekasihnya dengan kalimat yang membuatnya merasa menjadi wanita paling berharga di dunia. Kalimat “cuma kamu yang bisa,” pun selalu membuatnya luluh dan tidak jadi meninggalkan kekasihnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Hati-hati! Cegah Kebocoran Surat Suara

Selasa, 24 Januari 2023 | 12:01 WIB

Bekerja di Perusahaan Start-Up? Siapa Takut!

Kamis, 17 Oktober 2019 | 11:15 WIB

SBY Sebut PDIP dan Gerindra Diuntungkan

Sabtu, 10 November 2018 | 17:17 WIB

Ketika Pacaran Berujung Kekerasan

Rabu, 26 Juli 2017 | 00:17 WIB

Sampah Visual, Pelanggaran yang Membudaya

Jumat, 24 Maret 2017 | 19:26 WIB

Sampah Visual Mahasiswa Marak, Kampus 'Anteng'

Jumat, 24 Maret 2017 | 13:41 WIB

Tips Acara Mahasiswa Laris Tanpa 'Nyampah Visual'

Jumat, 24 Maret 2017 | 10:00 WIB

Teror Sampah Visual Kaum Terpelajar di Yogyakarta

Jumat, 24 Maret 2017 | 03:50 WIB
X