Teror Sampah Visual Kaum Terpelajar di Yogyakarta

Photo Author
- Jumat, 24 Maret 2017 | 03:50 WIB

HARI masih sangat pagi, bahkan cenderung dini hari ketika Ani (21) sebut saja begitu bersama rekan-rekannya bangun pagi menjelajah jalanan Yogyakarta. Di beberapa tempat yang mereka nilai strategis, poster maupun pamflet yang dibawa segera saja ditempel.

Tak peduli bahwa materi publikasi mereka ditempel di tempat yang bukan seharusnya. Bagi mereka, tugassebagai publikasi sudah tertuntaskan. Dini hari mereka pilih untuk menghindari tertangkap Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Dini (19), salah satu mahasiswa perguruan tinggi negeri bersama kawan-kawannya tak mau repot. Ia menggunakan jasa tempel poster/pamflet. Ongkosnya juga tidak terlalu mahal. Ia tinggal menyerahkan materi poster atau pamflet. Masalah tempat ia serahkan sepenuhnya kepada penyedia jasa tersebut.

Baik Ani maupun Dini senada bahwa pilihan menggunakan poster atau pamflet untuk ditempel di ruang publik menurut mereka masih sangat efektif. Selain itu, alasan logis lain adalah bagi mahasiswa seperti mereka, menyewa baliho tidak menjadi pilihan karena mahal dan terbatasnya tempat.

Hal itu juga ditegaskan Vindy Riyana (22), mahasiswi Agribisnis Universitas Gadjah Mada ini mengatakan, jika memasang publikasi hanya di baliho maka terbatas pada satu titik saja. "Kalau mau publikasi di ruang publik, kalau pakai baliho mahal banget soalnya. Bikin anggaran membengkak," jelas Vindy.

Menururt Kalyca Krisandini (19), mahasiswa UGM,  menilai kotornya ruang publik di Yogyakarta oleh sampah visual dari mahasiswa seperti poster atau pamflet tidak lepas dari sugesti bahwa harus publikasi sebanyak-banyaknya. Dimanapun yang mudah dilihat orang, sehingga terkadang kurang memperhatikan tempat yang seharusnya.

 “Poster yang terlalu banyak di jalan bikin merusak pemandangan dan membuat kota jadi terlihat kotor, “ ungkap Handayani (49) seorang karyawan swasta saat dimintai keterangan oleh KRjogja.com.

“Publikasi yang baik itu yang dikemas dengan menarik dan punya strategi yang bagus. Tapi alangkah lebih baiknya kalau memperhatikan etika publikasi. Sampah visual itu vandalisme dan membuat sebuah tempat nggak enak dipandang,” tambah Kalyca.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Hati-hati! Cegah Kebocoran Surat Suara

Selasa, 24 Januari 2023 | 12:01 WIB

Bekerja di Perusahaan Start-Up? Siapa Takut!

Kamis, 17 Oktober 2019 | 11:15 WIB

SBY Sebut PDIP dan Gerindra Diuntungkan

Sabtu, 10 November 2018 | 17:17 WIB

Ketika Pacaran Berujung Kekerasan

Rabu, 26 Juli 2017 | 00:17 WIB

Sampah Visual, Pelanggaran yang Membudaya

Jumat, 24 Maret 2017 | 19:26 WIB

Sampah Visual Mahasiswa Marak, Kampus 'Anteng'

Jumat, 24 Maret 2017 | 13:41 WIB

Tips Acara Mahasiswa Laris Tanpa 'Nyampah Visual'

Jumat, 24 Maret 2017 | 10:00 WIB

Teror Sampah Visual Kaum Terpelajar di Yogyakarta

Jumat, 24 Maret 2017 | 03:50 WIB
X