SUMBO Tinarbuko, pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang dikenal sebagai 'Doktor Pemulung Sampah Visual' mengungkapkan kesesalannya terkait banyaknya sampah visual yang dilakukan kaum terpelajar, khususnya mahasiswa. Ia menganggap, akar permasalahan dari problematika ini bisa bermula dari ketidakmampuan mahasiswa melakukan proses komunikasi yang baik.
"Jadi cilakanya mereka melakukan proses komunikasi (dengan menempel seperti itu), tapi justru menunjukkan bahwa mereka tidak bisa berkomunikasi. Jadinya miskomunikasi. Bagaimana mereka nanti mau pimpin Indonesia jika tidak bisa berkomunikasi?" ungkapnya penuh canda ketika diwawancarai KRjogja.com via sambungan telpon, Kamis (23/03/2017).
Namun Sumbo menegaskan kondisi banyaknya event mahasiswa yang kemudian menyebabkan sampah visual jangan dilihat semata kesalahan mahasiswa. Hal itu bisa dirunut dari sejarah sampah visual di Yogyakarta.
Baca Liputan Khusus : Teror Sampah Visual Kaum Terpelajar di Jogja
  Â
Senada Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) DI Yogyakarta Arief Budiman mengatakan, selalu ada akar musabab dari setiap persoalan. Tak terkecuali, dalam fenomena sampah visual yang muncul di Yogyakarta.
Masalah paling utama, menurutnya muncul karena selama ini ekosistem di Yogya belum memungkinkan event mahasiswa ditangani secara benar, terukur, dan terintegrasi. Ketiadaan dukungan dari kampus, dinas pariwisata, dan expert, membuat mahasiswa mengerjakan semuanya sendiri. Yang pada akhirnya, membuat hasil event mahasiswa tak sesuai ekspektasi.
Baca Juga : Tips Acara Mahasiswa Laris Tanpa 'Nyampah Visual'
"Jadi yang bikin kita sedih: mahasiswa ini bikin event sendiri, dikerjakan sendiri, dibiayai sendiri, rugi ditanggung sendiri. Itu yang membuat mereka kurang ide dan kurang berpikir. Jadi jangan disalahkan mahasiswanya saja, tapi mari dibimbing," ungkapnya berpesan. Ia sendiri memiliki tips agar acara mahasiswa tetap laris tanpa 'nyampah visual'. (Ilham Dhary Athalah)