Oleh karena itu, Djiwo menyambut baik kebijakan revitalisasi bahasa daerah. Ia mengapresiasi program tersebut dan berharap supaya generasi muda tidak hanya sekadar mengenal tapi betul-betul senang dan memakai lagi bahasa daerahnya sebagai bahasa ibu. “Karena selama ini anak-anak bahasa ibunya bukan bahasa Jawa lagi, kebanyakan sudah bahasa Indonesia,†ungkapnya.
Acara puncak dalam rakor ini ditandai dengan penandatanganan komitmen bersama antara Kemendikbudristek yang diwakilkan oleh Kepala Pusat Penguatan dan Pengembangan Bahasa dengan pemangku kebijakan terkait yakni Kepala Balai Bahasa Provinsi Jateng; Gubernur Provinsi Jateng yang diwakilkan oleh Kepala Dinas Provinsi Jateng, Uswatun Hasanah; serta 22 Pimpinan Kabupaten/Kota.
Pentingnya kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-17 ini dilakukan oleh seluruh pemangku kebijakan terutama adalah agar generasi muda dapat menjadi penutur aktif bahasa daerah. Dengan demikian, pada gilirannya mereka memiliki kemauan dan semangat untuk mempelajari bahasa daerah melalui media yang mereka sukai.
Revitalisasi Bahasa daerah bertujuan untuk:
1) menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah,
2) menciptakan ruang kreativitas dan kemerdekaan bagi para penutur bahasa daerah untuk mempertahankan bahasanya, serta 3) menemukan fungsi dan ranah baru dari sebuah bahasa dan sastra daerah.
Dalam upaya merevitalisasi bahasa daerah, Kemendikbudristek melakukan beberapa strategi seperti:
1) melibatkan setiap elemen pemangku kepentingan;
2) melaksanakan revitalisasi bahasa daerah yang terintergrasi dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat; mengoptimalkan pemanfaatan media digital; serta
3) memberi fleksibilitas bagi tiap daerah untuk mengimplementasikan program revitalisasi bahasa daerah sesuai karakteristik wilayahnya.
Praktik baik yang dilakukan oleh salah satu peserta dalam merevitalisasi bahasa daerah khususnya Bahasa Jawa berupa kegiatan digitalisasi naskah untuk menyelamatkan ribuan judul naskah dari tulisan huruf Jawa yang dialihaksarakan ke huruf latin. Termasuk alih media dari citra yang berhuruf Jawa menjadi alih media dalam bentuk VDF yang dialihaksarakan dari huruf jawa ke huruf latin.(Ati)