Setelah Pandemi Corona Usai, Normal Baru Bergantung pada Digital

Photo Author
- Kamis, 7 Mei 2020 | 10:50 WIB

SLEMAN, KRjogja.com - Pandemi virus corona memang mengubah kehidupan semua orang, tanpa terkecuali. Kebijakan social dan physical distancing memaksa orang untuk beradaptasi dengan normal baru.

Pekerja yang biasanya wajib ke kantor, mau tak mau harus kerja dari rumah. Begitu juga dengan siswa dan mahasiswa yang belajar daring. Pedagang di pasar wajib bisa memanfaatkan teknologi agar dagangan tetap laku.

Bisa dibilang, dunia digital makin diandalkan untuk mengisi keseharian dan mengganti aktivitas yang dulunya dilakukan secara konvensional. Mulai dari berbelanja, hingga menggelar kegiatan belajar mengajar.

Helda Herzusinta (22), seorang mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Yogyakarta kini banyak menghabiskan waktu di rumah. Ia menceritakan, semenjak kuliah daring, dirinya perlu siap cukup banyak kuota, khususnya untuk mata kuliah yang mengharuskan bertatap muka dengan dosen lewat aplikasi.

“Kendalanya macam-macam sih, kadang sinyal hilang sehingga ketika mau masuk ke aplikasi, suka tiba-tiba terputus,” katanya kepada KRjogja.com baru-baru ini. Bagi Helda, selama dua bulan kuliah dari rumah membuatnya harus menata ulang keseharian yang baru.

Sebelum ada pandemi, setiap Senin hingga Jum’at, ia pasti disibukkan dengan berbagai acara kampus maupun mengerjakan tugas dengan teman. Agenda berkumpul bersama sahabat juga tak luput dari kesehariannya.

“Ya sekarang jadi banyak kegiatan belanja lewat aplikasi saja. Apalagi karena banyak promo yang ditawarkan,” tambahnya. Ia juga menceritakan, selama pandemi, dirinya jadi banyak mengerjakan banyak hal di rumah, seperti mengecat ulang kamarnya hingga mempercantik diri.

“Paling, berhubungan dengan teman-teman kampus lewat WhatsApp atau aplikasi lain agar tidak ketinggalan info,” jelas Helda. Tak hanya Helda, normal baru juga harus dihadapi oleh Anggita Dyah (27), seorang karyawan swasta. Mengikuti himbauan pemerintah, toko tempat ia bekerja harus tutup hingga lebaran.

Meskipun berat, namun ia berusaha untuk cepat beradaptasi dengan perubahan yang ada. “Awal-awal kerja dari rumah itu berat karena bawaannya ingin rebahan terus. Padahal biasanya kalau kerja, tidur cuma siang atau malam saja. Setelah kerja dari rumah, malah seperti tidur seharian,”  jelas Anggita.

Lama kelamaan, ia merasa risih dengan kegiatan yang sepertinya kurang memiliki tujuan itu. Maka, dirinya berusaha menata ulang aktivitas harian agar tetap menerima pendapatan tambahan.

“Berusaha jualan kecil-kecilan. Promosinya lewat daring saja, WhatsApp atau Instagram terus bisa Cash on Delivery (COD) juga. Jualan seperti ini tidak mengharuskan modal banyak sih menurut saya,” bebernya.

Diceritakannya, selama bulan Ramadhan ini, ia mencoba berjualan berbagai macam masakan dan makanan untuk memanfaatkan waktu luang. Dengan begitu, ia bisa mendapatkan pendapatan lebih, mengingat gaji yang diterima tidak bisa utuh.

“Sebelumnya jualan jus, tapi karena masuk bulan Ramadhan dan banyak tetangga yang jualan takjil, jadi pesanan jus berkurang. Sekarang, jual serabutan saja, bisa mie ayam, iga bakar, paru, aneka sambel, keripik usus, kering tempe. Mamaku jago masak, jadi bisa menyesuaikan orderan orang. Hitung-hitung memanfaatkan waktu saja,” terangnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

Menemukan Rumah Kedua di Sekolah Rakyat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB
X