Setelah Pandemi Corona Usai, Normal Baru Bergantung pada Digital

Photo Author
- Kamis, 7 Mei 2020 | 10:50 WIB

Ia tak menampik, ada rasa bosan ketika menyiapkan produk yang akan dijual. “Maka sering buka Instagram, Twitter. Rasanya jadi boros kuota,” tandasnya.

Senada, Anggi Setiadi (29), dosen PTN di Yogyakarta menambahkan dirinya juga menjadi lebih kreatif di masa physical distancing dengan memanfaatkan aplikasi yang ada.

“Saya ingin memaksimalkan waktu dan aplikasi yang ada, maka saya coba buat program talkshow di Instagram atau Zoom. Intinya sih agar memotivasi orang-orang agar tetap bisa berkarya saat pandemi ini,” ucap Anggi.

Sederet seniman maupun pengusaha kenamaan di Yogyakarta sempat ia ajak untuk berbincang-bincang di kanalnya. Dari situ, ada cukup banyak pengikut yang menonton video talkshow tersebut.

“Kalau mendengarkan cerita mereka, ketika kondisi seperti ini, banyak yang berubah. Mau tidak mau, kita dipaksa untuk memasuki peradaban baru yang harus melek teknologi dan digital,” ungkapnya.

Indhina Saraswati (26) yang bekerja di agensi PR juga mengalami hal yang sama. Ia harus bergantung dengan dunia digital serta meningkatkan kreativitas agar kerjaannya tetap sesuai target.

“Semuanya jadi harus kupindahkan secara daring, seperti web seminar (webinar) dan podcast. Padahal biasanya ya kegiatan di lapangan,” terang Indhina ketika berbincang dengan KRjogja.com. Bagi Indhi, adanya pandemi ini seperti menguji umat manusia yang ada di bumi.

“Selama ini, kita gembar gembor era digital ini itu, tapi pas dihadapkan dengan situasi yang benar-benar menuntut kita untuk memanfaatkan teknologi dan meminimalisasi tatap muka, malah kewalahan sendiri,” katanya.

Ia menilai, wabah virus korona ini juga memperlihatkan kesempatan untuk melakukan kriminal siber juga sama tingginya, mengingat literasi digital dan pengamanannya kurang diperhatikan. “Ya, namanya pandemi, kita jadi sambil belajar, mana tahu setelah ini kita mengalami apa yang disebut normal baru,” tukasnya.

Keadaan seperti ini memang membuat migrasi digital dipercepat. Dosen Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Adi Cilik Pierewan PhD mengatakan, situasi pandemi mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat.

“Bagi migran digital, mereka cenderung untuk mempercepat cara belajar mereka beradaptasi dengan fitur yang selama ini belum dikenali. Saat ini, mereka punya waktu untuk mengenali proses digitalisasi,” katanya yang sempat menempuh studi di University of Manchester, Inggris itu.

Dicontohkan Adi, salah satu kalangan yang mulai beradaptasi dengan proses digital adalah para penjual buah dan sayur. Biasanya, konsumen akan mendatangi mereka di pasar atau kios. Namun kini, karena himbauan jaga jarak dan di rumah saja, para pedagang harus menjemput bola ke konsumen.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

Menemukan Rumah Kedua di Sekolah Rakyat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB
X