Psikoedukasi, Literasi Kesehatan Mental Bagi Generasi Z

Photo Author
- Sabtu, 10 Agustus 2024 | 18:29 WIB
Penyampaian materi self-diagnosis di Ruang AVA SMAN 11 Yogya  (Foto : Istimewa)
Penyampaian materi self-diagnosis di Ruang AVA SMAN 11 Yogya (Foto : Istimewa)

Krjogja.com – YOGYA - Hasil penelitian menunjukkan adanya permasalahan mengenai literasi kesehatan mental pada generasi Z.

Keluarga, sebagai lingkungan terdekat dalam kehidupan remaja, belum menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan fisik dan psikis mereka.

Akibatnya, banyak kasus menunjukkan kurangnya dukungan dari keluarga dalam masa perkembangan anak membuat remaja mencari pelarian di luar rumah, termasuk melakukan self-diagnosis melalui internet.

Fenomena itu melatarbelakangi tim pengabdian pada masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) mengadakan Psikoedukasi Literasi Kesehatan Mental pada Generasi Z, Jumat (09/08/2024).

Baca Juga: Empati, Kolaborasi, dan Sinergi, untuk Suksesnya Program Prioritas Kemdikbudristek

Kegiatan ini dilaksanakan di ruang AVA SMAN 11 Yogyakarta, diikuti 62 siswa kelas XI.

Tim pengabdian pada masyarakat ini beranggotakan 3 dosen, Malida Fatimah, SPsi MCons, Ros Patriani Dewi MPsi, Psikolog dan Luthfi Noor Aini SPsi MA. Pada pelaksanaan psikoedukasi turut mendampingi 6 guru BK SMAN 11 Yogyakarta.

“Psikoedukasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman generasi Z terkait dampak self-diagnosis dan peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental,” tutur Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Malida Fatimah, SPsi MCons di sela kegiatan.

Menteri pertama mengenai self-diagnosis dan risikonya. Terutama ketika informasi tersebut berasal dari media sosial yang seringkali tidak teruji validitasnya.

Baca Juga: Webinar Nasional Ekonomi Digital dan Pembangunan Berkelanjutan

Hal ini penting karena generasi Z sering kali menggunakan internet untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental mereka sendiri, yang bisa berbahaya tanpa bimbingan profesional.

“Oleh karena itu, sangat penting bagi generasi Z untuk meningkatkan literasi kesehatan mental mereka agar dapat membedakan informasi yang valid dari yang tidak, dan menghindari kesalahan diagnosis yang dapat memperburuk kondisi mental mereka,” papar Malida.

Selanjutnya, pada sesi kedua, diadakan permainan edukasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang gangguan mental dengan cara menebak gejala-gejala dari berbagai jenis gangguan. Peserta yang dibagi menjadi 10 kelompok menunjukkan antusiasme dan semangat tinggi selama permainan.

Baca Juga: Dua Siswa SMK Budi Mulia Dua Timba Ilmu di Ajang JIFHEX, Olah Udang Citarasa Nusantara

“Metode ini diharapkan efektif dalam memperdalam pemahaman siswa tentang gangguan mental, yang kemudian diperkuat dengan penjelasan dari pemateri,” harap Malida.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

Menemukan Rumah Kedua di Sekolah Rakyat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB
X