Coach Ayu Nirmala Sari, pelatih tim Almaz Uzmaa, menjelaskan bahwa kipas bukan hanya senjata, tetapi juga simbol estetika budaya Indonesia.
“Gerakan ini mencerminkan bahwa pesilat harus berperilaku baik, berjiwa pelindung, dan membawa kedamaian, sekaligus menjaga kewaspadaan,” ungkapnya.
Pada segmen kedua, tampil Bregodo Harimau dari Tapak Suci Sleman di bawah asuhan Coach Haryanto. Mereka mempersembahkan koreografi dramatik yang menyampaikan pesan moral tentang bahaya kesombongan dan pentingnya persatuan.
Pencak silat, menurut mereka, adalah alat pembentukan generasi cerdas, sehat, dan berakhlak mulia, bukan ajang unjuk kekuatan.
Penampilan dilanjutkan kembali oleh tim Almaz Uzmaa yang kali ini menampilkan teknik senjata clurit dan belati.
Senjata tajam ini diangkat sebagai simbol keberanian, semangat juang, dan perlindungan terhadap sesama dalam perjalanan mencapai tujuan mulia membentuk umat terbaik di muka bumi.
Sebagai penutup, para juara Turnamen Ki Hajar Dewantara Cup 2025 menyuguhkan flashmob jurus tunggal tangan kosong IPSI, dipandu oleh Coach Nurochmah dan Coach Gustine.
Gerakan-gerakan dinamis dan penuh makna ini menjadi penegas bahwa pencak silat adalah warisan budaya tak benda yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga sarat nilai dan filosofi kehidupan.
Baca Juga: Khotmul Qur'an dan Imtihan Metode Ummi Angkatan IV Tahun 2025
Kehadiran Mendikdasmen Abdul Mu’ti dalam acara ini menjadi momentum kuat untuk semakin memperkuat sinergi antara budaya, pendidikan, dan karakter.
Melalui pencak silat, pendidikan Indonesia menunjukkan komitmennya untuk mencetak generasi hebat yang tangguh secara fisik, mental, dan moral.(*)