Mengenang CBSA-nya Bu Sam yang 'Mendalam' Daging

Photo Author
- Kamis, 29 Mei 2025 | 18:12 WIB
Yudha Kurniawan (Dok. Pribadi)
Yudha Kurniawan (Dok. Pribadi)

Prinsipnya tak ada murid yang boleh menganggur, semua harus berpartisipasi aktif dalam ekosistem belajar yang dibangun Bu Saminem. Superman hanyalah khayalan, kenyataannya tak ada gading yang tak retak. Maka prinsip berjamaah, mampu membawa diri berkontribusi membentuk super team, adalah bekal hebat Bu Saminem untuk murid-muridnya.

Saya berani mengatakan Bu Sam itu guru profesional, karena beliau memiliki kesiapan mengajar yang baik. Tidak ada ceritanya selama mengajar beliau sekedar membaca buku, kemudian kami mendengar sambil mencatat.

Kalaupun menyampaikan isi dari buku pelajaran, Bu Sam begitu menguasainya sehingga tampil tidak membosankan. Zaman orde baru ada pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).

Bu Sam menyampaikan saja materi di buku paketnya, tapi seolah beliau tampil sebagai veteran angkatan 45 yang dulu ikut perang. Walhasil kami muridnya tidak punya catetan, tapi nyantol di otak sehingga saat ulangan catur wulan masih ingat.

Beda perkara bila kita diajar guru yang suka mendikte dan muridnya capek mencatat. Itu tidak bakal nyantol di otak, tapi ada baiknya karena murid punya catetan untuk dibaca semalam suntuk menjelang ulangan catur wulan.

Sebagai guru profesional, setiap hari selalu saja Bu Sam memiliki skenario untuk kelompok-kelompok muridnya. Kami gembira dan selalu merasa puas ketika selesai belajar dalam kelompok, serta menyelesaikan tugas bersama-sama teman dalam rangka mengamalkan CBSA nya Bu Sam.

Skenario Bu Sam juga pernah meleset, itu menjadi kenangan lucu bagi kami muridnya. Ceritanya, kami melakukan percobaan membandingkan pertumbuhan biji kacang yang diletakkan di gelas tertutup plastik dengan gelas terbuka.

Menurut panduan yang kami baca saat itu, seharusnya hasilnya lebih cepat tumbuh yang di gelas terbuka, alasannya karena banyak oksigen. Rupanya setelah kami tunggu beberapa hari, kacangnya lebih cepat tumbuh yang tertutup plastik.

Bu Sam tertawa lebar, apa yang dipelajarinya di suatu penataran (tidak di BPMP lho) terkoreksi oleh percobaan yang dilakukan murid-muridnya. Dahulu belum ada internet, tidak serta merta Bu Sam dapat bertanya ke Mbah Google. Belakangan hari barulah beliau dapat memberi penjelasan kepada kami.

Ini hanyalah cerita anak SD zaman orde baru, entah karena menyenangkan atau karena saking mendalamnya pembelajaran di kelasnya Bu Sam, sehingga lumayan banyak yang saya ingat hingga sekarang.

Yang jelas, anak SD zaman saya tidaklah seberat sekarang. Dahulu pelajaran olahraga ya lari, gerak jalan, kasti, main bola, pokoknya gembrobyos. Sekarang dari kelas satu SD, anak kita ulangan PJOK wajib bisa menjelaskan gerak lokomotor, non lokomotor, manipulatif, beda lompat dan loncat, berikut contohnya. Wallahualam bishawab.
(Yudha Kurniawan, Lulusan SD Cepit IV tahun 1990, ASN Kemdikdasmen bertugas di BPMP DIY)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

Menemukan Rumah Kedua di Sekolah Rakyat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB
X