Krjogja.com - YOGYA - Dalam revolusi guru Indonesia, bukan elitisme yang dibutuhkan guru untuk membuatnya bermartabat, melainkan merevolusi diri menjadi versi terbaiknya.
Demikian dikatakan founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal dalam acara Ngkaji Pendidikan bertema 'Revolusi Guru', belum lama ini.
Menurut Nur Rizal, masalah terbesar bagi guru di Indonesia saat ini adalah kesulitan untuk lepas dari tirani pikiran lama, sehingga para pendidik sulit untuk menjadi diri sendiri dan menemukan versi terbaik dari dirinya yang secara tidak sadar menjadikan mereka robot-robot manusia kerumunan.
"Pesan saya, jangan jadi manusia kerumunan. Jadilah manusia yang memiliki nilai hidup sendiri yang dipandu oleh moralitas alamiah, agar kita bisa mencatatkan sejarah dalam lembar kehidupan kita," ujarnya.
Baca Juga: Antisipasi Kekurangan Air, BPOB Tanam Ratusan Pohon di Zona Otorita Borobudur
Revolusi diartikan Muhammad Nur Rizal sebagai perubahan mendasar dari akar rumput. GSM mengajak perubahan mendasar dari diri sendiri yang berkembang menjadi kelompok, lalu, komunitas, dan membesar menjadi kekuatan akar rumput.
C Nuredi, seorang Kepala Sekolah SD Negeri 2 Api-api sekaligus pegiat GSM dari Kabupaten Pekalongan mengatakan, saat ini ada perubahan yang perlahan tapi pasti mulai merasuk ke dalam sistem pendidikan Indonesia.
"Ini bukan sekadar perubahan kurikulum atau perbaikan infrastruktur sekolah, tapi sebuah revolusi yang berakar dari hati dan jiwa para pendidik. Sebuah revolusi guru Indonesia yang dipelopori oleh GSM," katanya.
Ngkaji Pendidikan bersama Founder GSM tersebut digelar di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya pada 25 Mei 2024. Sebagai tuan rumahnya Komunitas GSM Jawa Timur.
Kegiatan dihadiri sekitar 400 peserta yang berasal tidak hanya dari Surabaya, tapi juga dari kota dan kabupaten lain di Jawa Timur, termasuk juga dari luar provinsi seperti Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat. (*)