pendidikan

Indonesia Outlook 2026 di UWM Yogyakata, Prediksi Tantangan dan Peluang Indonesia Tahun 2026

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:00 WIB
Foto bersama narasumber, dosen mahasiswa yang mengikuti Indonesia Outlook 2026 di UWM Yogyakarta.

KRjogja.com - YOGYA - Rutin dilaksanakan setiap akhir tahun, Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, menggelar Outlook Indonesia 2026. Diskusi strategis yang dilakukan para akademisi dan pakar UWM multidisiplin ilmu. Mereka menyampaikan Outlook Indonesia 2026 dari perspektif ekonomi, sosial politik, hukum dan ketahanan pangan.

"Kita mencoba memberikan masukan berupa kondisi-kondisi yang harus kita benahi, atau potensi yang bisa kita kembangkan," tutur Rektor UWM Yogyakarta Prof. Dr. Edy Suandi Hamid MEc, selaku Keynote Speecj, Selasa (16/12) di Auditorium Gedung Piwulangan, UWM.

Sebagai guru besar ekonomi, Edy menyampaikan hal-hal yang terkait ekonomi. Didampingi narasumber Dekan Fakultas Ekonomi UWM yang juga Ketua Departemen UMKM MES DIY Dr Jumadi SE MM, Dekan Fisipol UWM Dr Drs As Martadani Noor MA, Dekan Fakultas Hukum UWM Dr Kelik Endro Suryono SH MHum, dan Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UWM Prof Dr Ir Ambar Rukmini MP. Dengan moderator Wapemred SKH Kedaulatan Rakyat Ronny Sugiantoro MM CHE.

Baca Juga: GKR Hemas Ingatkan Perempuan Jogja Jelang 100 Tahun Kongres Perempuan

"Optimisme dan keragu-raguan mewarnai pandangan tentang laju pertumbuhan ekonomi 2025 dan 2026. Pemerintah optimis laju perekonomian sepanjang 2025 bisa memenuhi target APBN 5,2% juga 2026 bisa mewujudkan target 5,3%," paparnya.

Menurut Edy Pemerintah tentu wajar membangun semangat dan percaya diri agar masyarakat lebih giat menggerakkan ekonomi ini. "Namun optimisme perlu dibangun dengan data rasional. Jika melihat data K-1, dan K-2 yang masing-masing hanya 4,87% dan 5,12% maka sangat berat mengejar pertumbuhan tahunan 5,2%," ungkap Edy

Disebutkan pada kwartal ke-4 memang Pemerintah, Pusat maupun Daerah, biasanya sangat ekspansif, menggenjot pengeluaran fiskalnya. Ini agar tidak terjadi sisa anggaran yang bisa dikategorikan “tak bisa kerja”. "Program dikebut agar anggaran terserap. Sisi positifnya ini akan menaikkan pengeluaran Pemerintah, yang diikuti menggerakkan sektor riel dan ,emdorong konsumsi masyarakat," papar Edy.

Namun dengan melihat kinerja kwartal-kwartal sebelumnya, dan situasi ekonomi saat ini, rasanya mustahil mewujudkan laju 5,2% di tahun ini. Untuk mencapai itu laju ekonomi K-4 minimal sekitar 5,7%. "Suatu angka yang sulit dicapai. Bank Indonesia sendiri memperkirakan laju ekonomi 2025 sekitar 5%. Begitu pula lembaga ekonomi-keuangan global seperti IMF, Bank Dunia, IDB, dan OECD kompak memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 di bawah 5%," ungkap Edy.

Baca Juga: BOB Ajak Media dan Stakeholder Sinergi Majukan Pariwisata di kawasan Borobudur

Edy membandingkan beberapa negara seperti Singapura, Thailand, Malaysia, China, ataupun negara G-20 umumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih tinggi. "Namun jangan luopa, basis GDP mereka memang sudah sangat besar. Negara GDP yang besar, laju 2-3% umumnya sudah bagus," paparnya.

Hanya disbanding negara setara seperti Vietnam, yang diperkirakan bisa tumbuh ekonominya lebih 7% tahun ini, "Indonesia jauh di bawah. Jika trend tetap seperti sekarang, Vietnam akan segera mengungguli Indonesia kemajuan ekonomi dan pendapatan per kapitanya," ucapnya.

Sementara Dekan Fakultas Ekonomi UWM Dr Jumadi SE MM, menyebutkan tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia adanya perlambatan ekonomi global dan kinerja mitra dagang utama, ketidakpastian global yang tinggi dapat memengaruhi stabilitas nilai tukar Rupiah. "Defisit transaksi berjalan diperkirakan melebar, yang berpotensi membatasi fleksibilitas fiskal. Risiko eksternal seperti meningkatnya ketegangan perdagangan global," ungkapnya.

Maka berdasar pertumbuhan ekonomi DIY bisa dilakukan strategi pengembangan DIY dengan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, Pengembangan Industri Kreatif dan Budaya, penguatan industri pertanian berbasis inovasi. "Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, Peningkatan Sumber Daya Alam, Menciptakan Pariwisata Muslim.meripala potensi besar," tandasnya.

Baca Juga: Empat Pilar MPR Menjadi Pegangan BK3S DIY dalam Memperjuangkan Keadilan Sosial

Halaman:

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

Menemukan Rumah Kedua di Sekolah Rakyat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:10 WIB