Jessy pun juga membuat kamar mandi sanitasi yang lebih layak. Selain itu, ia juga turut membantu pendistribusian barang-barang kebutuhan anak dan bayi.
Sepanjang hari, gadis ini bekerja di dapur umum bersama rekan-rekan lainnya. Pekerjaannya, memasak makanan pokok dan memastikan persediaaan makanan tidak habis.
Jessy mengungkapkan, barang-barang melonjak naik pascagempa. “Harga barang melonjak, utamanya terpal. Ukuran 3x4 aja 200 ribu,†terangnya.
Walaupun begitu, bahan makanan pokok selalu tersedia. Hal ini dikarenakan banyak donasi yang disalurkan para donatur, “Kadang masyarakat di sini juga nyembeli sapi dan kambing sendiri,†tambahnya.
Malam di tempat pengungsian begitu ramai. Anak-anak bermain kejar-kejaran, dan masih saja ada yang tidak mau tidur di dalam tenda. Terdengar suara paku diketuk berkali-kali, menandakan huntara sedang di bangun. Huntara adalah sebuah tenda kecil yang digunakan sebagai tenda tambahan. Beberapa juga membuat dipan untuk anak-anak dan usia lanjut (lansia).
Lagi-lagi, Jessy yang bertugas sebagai penyedia makanan, juga turut membuatkan kopi untuk teman-temannya ketika membangun huntara. “Ya, tiap malam aku buat kopi supaya mereka enggak ngantuk,†ujarnya.
Jessy mengakui bahwa ia akan mengikuti kegiatan volunteering lain kedepannya jika dibutuhkan, “Kalo ditanya mau jadi volunteer lagi apa enggak iya, karena aku tau seberapa menderitanya mereka dengan bencana dan mereka berharap banget dari volunteer-volunteer,†ungkapnya. (Azizah Liyana Saffa)