Ia menyebut beberapa program yang dijalankan Kampung KB Jatirejo untuk mencegah dan menangani stunting. Misalnya ketersediaan tim pendamping keluarga (TPK) untuk calon pengantin, ibu hamil, sampai melahirkan. Kelurahan juga rutin membagikan telur kalau ada balita rawan stunting.
Salah satu program utamanya adalah penerapan Dahsyat (Dapur Sehat Atasi Stunting) yang digagas Kemendukbangga/BKKBN. Dahsyat bukanlah pemberian makanan, melainkan program untuk mengatasi stunting dengan cara memberikan edukasi perihal menu sehat untuk anak terutama di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Melalui program ini, para kader akan mengedukasi dengan memasak bersama-sama para ibu yang punya baduta dan balita. Kegiatan ini juga melibatkan ahli nutrisi.
Para ibu akan dijelaskan soal kandungan gizi, bahan baku, cara memasak, yang selanjutnya bisa dipraktikkan di rumah masing-masing. Mereka akan diberikan buku panduan yang akan diperbaharui sebulan sekali.
"Yang diutamakan di menu Dahsyat untuk baduta terutama untuk risiko stunting itu proteinnya. Misalnya sop ayam, sop ikan. Di 1.000 HPK memang diutamakan protein. Sayuran itu hanya untuk pengenalan. Diutamakan juga yang lemaknya tinggi karena kebutuhan lemaknya masih tinggi," jelas ahli nutrisi dari Undip yang mendampingi.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kemendukbangga/BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto yang turut hadir dalam kunjungan menjelaskan, menu Dahsyat ini dikompilasikan dengan program Kampung KB.
"Sekarang dari 85 ribu desa/kelurahan, sudah sekitar 72 ribu (Kampung KB). Dari 72 ribu itu kurang lebih separuhnya sudah ada Pokja Dahsyat, sekitar 40-an ribu. Kalau memang ini berhasil akan kita perluas lagi untuk seluruh desa/kelurahan," kata Boni.
"Karena memang terbukti mengurangi stunting. Ini bukan pemberian makanan, tapi mengubah perilaku, membuat mereka jadi pintar memasak. Nanti kita padukan dengan MBG untuk ibu hamil dan balita. Jadi selain diberikan makanan tapi diajari juga. Kalaupun MBG tidak bisa seterusnya, mereka sudah belajar," imbuhnya.
Pada kesempatan berbeda, Subkor Perencanaan Sosial Bapeda Kota Semarang Johanes Adhi Nugroho menyebut salah satu program unggulan Pemerintah Kota Semarang terkait penurunan stunting yakni Daycare Rumah Pelita. "Ini tempat penitipan anak khusus stunting," katanya.
Di Rumah Pelita disediakan pemenuhan asupan gizi, stimulasi tumbuh kembang, perbaikan pola asuh, penerapan tidur siang, pemeriksaan kesehatan, dan kelas parenting.
Baca Juga: 210 Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta Ikuti Diklat Bela Negara di AAU
Kegiatan harian di daycare ini melibatkan tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, dan ahli nutrisi. Saat ini Daycare Rumah Pelita ada di 11 lokasi di Kota Semarang. Program itu juga direplikasi melalui layanan Weekcare di 39 puskesmas setempat. Johanes menyebut program-program itu berhasil menurunkan prevalensi stunting yang pada 2024 ada di angka 11,2%. (Ati)