Krjogja.com - Berbicara tentang ketangkasan dalam bisnis sebenarnya tidak jauh hubungannya dengan strategi bisnis. Banyak yang mengira bahwasanya ketangkasan dalam bisnis hanya perlu dilakukan oleh bisnis yang sudah besar yang hanya perlu mempertahankan bisnisnya. Tapi justru ketangkasan bisnis perlu untuk diterapkan sedini mungkin.
Bisnis yang lebih mampu berkembang dalam lingkungan yang kompleks, entah itu bisnis baru maupun lama, akan lebih mudah beradaptasi. Hal ini dikarenakan mereka yang mampu mengantisipasi peluang dan ancaman bisnis sedini mungkin dapat dengan cepat merubah strateginya agar sesuai dengan perubahan yang ada.
Menurut Linda Holbeche, penulis buku The Agile Organization, ketangkasan merupakan kemampuan organisasi dalam mengembangkan kemampuannya sehingga organisasi itu dapat fleksibel, gesit, dan dinamis.
Pada awalnya, seringkali ketangkasan ini dikaitkan dengan lean manufacturing, rantai pasokan just-in-time, dan metode lain peningkatan proses. Namun saat ini, ketangkasan merupakan kemampuan dalam beradaptasi, kemampuan dalam mengelola perubahan, kemampuan cepat tanggap dalam merespon, dan kecepatan dalam memunculkan Inovasi di semua lini organisasi maupun bisnis.
Pengelolaan ketangkasan bagi pebisnis muda itu sangatlah penting. Semakin dini dan jeli pengelolaan ketangkasan bisnis, semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam bertahan di ketidakpastian lingkungan saat ini.
Ketidakpastian lingkungan seperti yang terjadi di lingkungan makro dan lingkungan industrial perlu diperhatikan dengan seksama. Ketangkasan bisnis dapat muncul ketika perubahan yang terjadi di kedua lingkungan ini diawasi terus menerus.
Kecepatan perubahan lingkungan makro seperti teknologi perlu dicermati khususnya bagi pebisnis baru. Pengintegrasian teknologi di setiap lini bisnis penting untuk memaksimalkan efisiensi dari penyaluran sistem informasi bisnis.
Adopsi dan update teknologi secara berkala dapat membantu dalam memunculkan ketangkasan bisnis dalam menghadapi kecepatan perubahan teknologi. Salah satu kasus perusahaan yang tidak mampu tangkas dalam perubahan teknologi adalah Nokia.
Ketika terdapat banyak sistem operasi baru yang muncul dan lebih update seperti android, Nokia tetap berpegang teguh pada Sistem Operasi Symbiannya. Kekukuhan Nokia pada sistemnya dan ketidakmauannya dalam update sistem operasi baru, menyebabkan Nokia semakin tenggelam dan kalah dengan perusahaan ponsel lainnya yang terus mengupdate sistem operasinya.
Kemampuan perusahaan ponsel lain dalam merespon perubahan sistem operasi menjadikan mereka tangkas dalam menghadapi perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan makro tidak hanya terbatas di perubahan teknologi saja, melainkan juga di perubahan kondisi sosial ekonomi dan politik.
Bahkan di lingkungan industrial sendiri, perubahan juga sering terjadi seperti perubahan sikap konsumen, kompetitor, karyawan, maupun perubahan kualitas serta lingkungan industrial lainnya. Pengelolaan kompetitor misalnya, perusahaan tidak hanya harus memperhatikan kompetitor lamanya, namun juga kompetitor baru.
Munculnya kompetitor baru dapat diartikan sebagai munculnya inovasi baru yang mana dapat menjadi ancaman bagi perusahaan apabila tidak melakukan Research and Development. Salah satu contoh perusahaan yang terlambat dalam inovasi produk adalah Kodak.
Keterlambatan ini disebabkan karena Kodak takut menghancurkan lini bisnis film cetaknya yang sudah berkembang dan memberikan keuntungan yang signifikan. Ketika Kodak akhinya mulai menciptakan produk digital pertamanya, kompetitornya Sony sudah merajai pasar.
Keraguan kodak dalam mengeluarkan produk kamera digital dengan merek mereka sendiri disaat sudah banyak kompetitor baru yang mengeluarkan kamera digital menjadikan kodak sebagai perusahaan yang kurang tangkas.