SLEMAN, KRJOGJA.com - Film horor KKN di Desa Penari tampaknya membuat masyarakat merasakan euforia cerita-cerita mistis di sekitar, tak terkecuali di Yogyakarta. Banyak tempat-tempat menarik yang memiliki cerita mistis di berbagai wilayah DIY, salah satunya di penggal Jalan Gejayan, Sleman.
Salah satu lokasi yang dianggap angker yakni Jembatan Merah di Padukuhan Soropadan, Condongcatur. Jembatan merah sejak lama dikenal sebagai lokasi angker yang diceritakan dari generasi ke generasi oleh masyarakat sekitar, termasuk para pendatang yang sebagian besar adalah mahasiswa.
Ketua RT 04, Padukuhan Soropadan, Condongcatur, Kuwat mengatakan jembatan merah sudah ada sebelum tahun 1972 silam. Pada tahun tersebut, dilakukan pembangunan kembali karena kondisi jembatan yang miring.
“Kenapa disebut jembatan merah ya memang itu kesepakatan kita saja karena dulu kita juga belum punya gang terus ketua pemuda saat ktu bilang ketika ada jembatan, di cat merah. Terus kita laporan untuk mempermudah kita buat nama gang-gang jembatan merah karena untuk mempermudah semua alamat-alamat waktu itu padahal dulu kan apa-apa kiriman kan di keluarahan,†ungkapnya pada wartawan, Kamis (19/5/2022).
Kuwat mengungkap, sudah tiga tahun ke belakang jembatan merah tidak bisa dilintasi karena kondisi rusak. Sejak 1972, jembatan itu tak pernah lagi diperbaiki dan seluruh perawatan diserahkan pada warga masyarakat sekitar.
“Ini memang jalurnya orang ke situ, karena situ (jembatan merah) enggak ada jadi orang ke sana dan macet. Apalagi sore jalur dari Hartono Mall ke sini mesti macet sana itu karena cuma satu arah, semoga ini lancar kalau sudah jadi. Katanya (pembangunan) sudah mau mulai,†sambungnya.
Terkait cerita mistis yang kerap dibicarakan orang, Kuwat mengaku tidak pernah mengalami sampai saat ini. Namun ia tak menampik ada cerita mistis yang berkembang dari jaman orang tua dahulu bahwa kawasan itu adalah kerajaan ghaib.
“Dari dulu, dari simbah itu sudah ada. Macam-macam apa-apa (hantu) ada. Kalau di situ kan saya dengar, kayak ada kerajaan goibnya di situ. Katanya, ya tapi. Ya sekitar situ,†sambungnya.
Pada masa lalu menurut Kuwat, banyak orang yang sengaja datang untuk membuang benda-benda pusaka di aliran Kali Gajah Wong dan Kali Belang ini. Tak heran cerita dari generasi ke generasi muncul meski disikapi biasa saja oleh masyarakat sekitar.
“Kalau dulu banyak orang yang ngomong di situ ada pocong, orang ngesot. Namanya sungai dan hal-hal goib itu kan banyak, umpannya di situ ada pohon gede penunggu kan pasti ada. Ya kalau orang cerita denger ibu nangis banyak. Mudah-mudahan itu nanti sudah terang (setelah diperbaiki). Rencana lebih lebar besok, permintaan warga jembatan merahnya itu jadi kenang-kenangan jangan dibongkar tapi itu nanti keputusan pemerintah,†ungkapnya lagi.
Satu lagi yang menjadi cerita yakni rumah di ujung Selokan Mataram, Karang Gayam, Caturtunggal Depok Sleman. Rumah yang tepat berada di ujung selokan Mataram ini pada akhir 90-an digunakan sebagai tempat kost.
Cerita yang banyak beredar saat itu salah satu penghuni kost bunuh diri akibat persoalan asmara. Perlahan penghuni kost lain pergi dari rumah dua lantai itu dan kosong hingga akhirnya terbengkalai.
Banyak beredar isu, ada hantu perempuan yang kerap menampakkan diri dan mengganggu, seperti banyak diceritakan di portal-portal online berbagi cerita. Namun, warga sekitar menampik hal itu dan menilai rumah tersebut terkesan biasa-biasa saja meski sangat lama kosong terbengkalai.