Cerita Dewi 'Toh Ino' dan Mitos Enteng Jodoh Perempuan di Pandowoharjo

Photo Author
- Minggu, 13 Desember 2020 | 13:24 WIB
Warga melepas bibit ikan Nilem di sekitar Sendang Toino untuk menjaga kualitas air (Harminanto)
Warga melepas bibit ikan Nilem di sekitar Sendang Toino untuk menjaga kualitas air (Harminanto)

SLEMAN, KRJOGJA.com - Padukuhan Toino, Kalurahan Pandowoharjo Sleman ternyata menyimpan cerita rakyat yang sangat menarik. Betapa tidak, di desa yang berbatasan dengan Sungai Denggung ini, air tidak pernah kering karena adanya dua mata air yang terus mengalir sepanjang tahun.

Dukuh Toino, Jetakan, Prana Sakti Yogaswara menceritakan kisah Padukuhan Toino tak bisa dilepaskan dari sosok Dewi Toh Ino. Dahulu kala, Dewi Toh Ino memiliki toh atau tompel hingga membuatnya selalu diejek dan dihina orang.

“Menurut cerita sesepuh dari waktu ke waktu, Dewi Toh Ino kemudian mandi di sendang atau sumber mata air yang ada di sungai wilayah padukuhan ini. Setelah beberapa kali, toh di tubuhnya hilang sehingga ia menjadi cantik dan disukai banyak lelaki. Sejak itulah orang menyebut padukuhan ini Toino, dari kata Toh dan Ino (dihina),” ungkapnya ketika berbincang dengan KRjogja.com, Minggu (13/12/2020).

Dewi Toh Ino diketahui pula memiliki pengawal seekor welut (belut) putih yang sakti. Dari situ pula muncul ajian Welut Putih yang dahulu dipercaya jadi kanuragan pasukan dari Yogyakarta.

“Dulu kalau sering dengar cerita, pasukan yang tertangkap penjajah tiba-tiba hilang setelah diberi minum. Ini dipercaya dari ilmu kanuragan Welut Putih. Ya, ini cerita dan mitos yang berkembang di Toino, yang berusaha terus dijaga dan dilestarikan masyarakat. Bukan untuk hal negatif, tapi agar tidak lupa dari mana kita ini berasal,” sambung dia.

Sendang Toino sendiri hingga kini masih terus mengeluarkan air dan dimanfaatkan masyarakat desa sebagai sumber air bersih. Salah satu aliran sumber air juga masih digunakan warga untuk mandi dan bahkan dipercaya membawa khasiat enteng jodoh hingga kini.

“Sampai sekarang, yang sepuh di sini walau sudah punya MCK tetap kalau mandi di sungai, katanya belum mantep kalau belum di sendang itu. Masih sering juga, kalau orangtua yang putrinya belum juga menikah, disuruh mandi di sini biar enteng jodoh. Ya masih banyak yang percaya sampai kini,” ungkap Yoga, yang juga salah satu dukuh termuda di Pandowoharjo ini.

Sendang Toino sendiri sampai kini masih menyimpan misteri, karena dipercaya warga ada gua yang menghubungkan Padukuhan Toino dan Brayut. Gua tersebut dahulu dahulu diyakini sebagai lokasi sembunyi sekaligus aliran suplai air bagi pasukan perang Walet Putih Pangeran Diponegoro.

“Gua itu sampai sekarang masih ada tapi ditutup. Kata orang dulu ada patung di dalam tapi kami belum tahu apa itu. Dipercaya juga gua itu tembus dari sini (Toino) ke sebelah selatan Brayut. Mungkin memang harus dieksplorasi lebih jauh lagi untuk membuktikan,” ungkapnya lagi.

Sementara berbagai upaya untuk menjaga sendang terus dilakukan warga masyarakat Pandowoharjo hingga kini. Seperti yang dilaksanakan Minggu (13/12/2020), warga bersama Karang Taruna Tunas Pandawa Kalurahan Pandowoharjo, menanam 150 bibit Pohon Gayam di sepanjang aliran sungai Denggung, Sempor dan Dasa.

Tak hanya itu, warga juga menebar 3000 lebih bibit Ikan Nilem. Ikan-ikan tersebut diberi tugas membersihkan air di sungai karena bisa memakan lumut dan kotoran-kotoran lain di aliran sungai.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X