SLEMAN, KRJOGJA.com - Kementrian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) mendorong daerah untuk mengusahakan bahan baku dari daerah sendiri untuk menghasilkan suatu produk yang menjadi cirikhas. Sementara banyak daerah mengalami kendala alias kebingungan dalam menentukan produk yang menjadi cirikhas daerahnya. Adapun setiap kawasan saat ini dituntut berkomitmen memiliki sebuah produk atau One Produk One Village (OVOP).
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih usai memimpin Penyusunan Rencana Kerja Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang Industri Kecil Menengah (IKM) Tahun Anggaran 2020, Kamis (28/11/2019) di Hotel Grand Mercure.
Ditambahkan Gati, sebanyak 60 hingga 70 persen anggaran besar membuat sebuah produk terserap pada bahan baku.Â
"Jika bahan baku tersedia maka biaya produksi produk dapat ditekan dan imbasnya pada minat masyarakat meningkat. Semua bahan baku bagi IKM di Indonesia semuanya ada kecuali untuk tekstil," jelasnya.
Ditambahkan Gati, seringkali sebuah daerah bingung menentukan produk OVOP mereka lantaran tidak fokus menentukan. Jika ada satu daerah membuat produk tertentu yang lain ikut-ikutan. Adapun daerah yang paling maju dan cepat perkembangan OVOP secara keseluruhan ada di DIY-Jateng.Â
"Sebut saja misalnya kue pia. Hampir semua daerah mengklaim memiliki produk ini. Padahal aneka bahan baku yang tidak kalah berlimpah tersedia di Indonesia seperti kopi dan ikan tuna," jelasnya.
Di bagian lain, Gati menambahkan sejak 2016 hingga 2019 telah digelontorkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang IKM di 285 Kab/Kota dengan total anggaran Rp 1.846 Triliun. Sedangkan pada 2020 sebanyak 106 Kab/Kota dengan total anggaran Rp 400 miliar.