Sih menambahkan, secara medis almarhum sudah di tangani oleh pihak Rumah Sakit. Namun selama dua hari dirawat, tidak juga mendapat perkembangan baik. Hingga pada sampai Selasa pagi ini, almarhum tidak kunjung membaik.
"Pas tadi pagi jam 5 itu kondisinya semakin buruk. jam setengah 6 sudah meninggal di rumah sakit Panti Rapih," tutur Setio Mujianto warga sekaligus Adik ipar almarhum.
Diketahui, semasa pesta demokrasi pada pemilu 2019, almarhum merupakan ketua Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) 25 Sagan, Catur Tunggal, Sleman. Menurut Istri almarhum Sri mengatakan, jelang pemilu almarhum terlalu sering pulang pada dini hari, kiranya pada pukul 03:00 WIB almarhum baru sampai di rumahnya.
"Kerjanya malah sebelum penerimaan logistik. Semenjak itu sudah jarang tidur, bapak merasa bertanggung jawab," tutur Sih.
"Hari Kamis sehari setelah pemilu bapak tiduran di rumah katanya luar biasa capek. Habis mantau karena galau ada pemilu diulang kepikiran, terus gaji juga belum dibayar," lanjutnya.
Sementara itu, almarhum juga memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Secara medis, orang yang mengidap penyakit tersebut tidak bisa capek serta memiliki beban fikiran lebih banyak.Â
"Menurut saya secara pribadi kemarin-kemarin itu kecapean toh, cuman karena dia tanggung jawab nya besar mungkin kecapean juga enggak dirasa," ucap Setio Mujianto warga dan adik ipar almarhum. (ive)