Bayen Diduga Pusat Kerajaan Mataram Kuno, Ini Tanggapan Warga

Photo Author
- Selasa, 16 Oktober 2018 | 09:50 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Masyarakat Dusun Bayen, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman menanggapi beragam terkait dugaan dusun mereka dulunya merupakan pusat Kerajaan Mataram Kuno. Ketika Tim Balai Arkeologi (Balar) DIY melakukan ekskavasi beberapa waktu lalu, respons warga juga beragam. Ada yang khawatir bakal digusur, ada yang senang karena bisa mendapatkan pekerjaan, ada pula yang biasa-biasa saja.

Namun sebagian besar mengaku penasaran terhadap dugaan sebagai pusat Kerajaan Mataram Kuno tersebut. Sementara aktivitas masyarakat tidak berubah. Lahan yang sempat digali juga sudah tutup. Berdasarkan pantauan KRJOGJA.com, Senin (15/10/2018), justru terdapat bekas potongan kayu. Selebihnya tidak ada aktivitas yang menonjol.

Sarju (81) warga yang menggarap lahan tetap beraktivitas seperti biasanya. Demikian pula Ladiyo (60), warga lainnya. Terkait dugaan Dusun Bayen dulunya pusat Kerajaan Mataram Kuno, mereka hanya menanggapi santai. "Di sini ada puluhan rumah dan semuanya punya sumur, tidak ada apa-apa. Batu yang ada itu ada sejak kapan dan dari mana juga tidak tahu. Karena tahu-tahu sudah di sana dan dibiarkan begitu saja," ujarnya.

Ketika Tim Balar DIY melakukan sosialisasi, warga menanggapinya biasa saja, karena merupakan bagian dari penelitian. Namun, tak berselang lama muncul broadcast jika di situ diduga pusat Kerajaan Mataram Kuno dan ada candi yang lebih besar dari Candi Borobudur. Beragam reaksi pun muncul di masyarakat. Ada yang khawatir, senang, biasa-biasa saja, namun umumnya penasaran. Karena dari Candi Kedulan dan Candi Sambisari jika ditarik diagonal bertemunya di Dusun Bayen.D ua candi besar tersebut saling berhubungan.

"Akhirnya masyarakat paham, petilasan itu belum tentu candi. Bisa juga permukiman penduduk. Setelah muncul di media sosial yang sedikit menghebohkan masyarakat," kata Kepala Dukuh Bayen Budi Isroi. Berdasarkan informasi dari Balar DIY kepadanya, kegiatan kemarin lebih ke penelitian. Karena di Dusun Bayen ada bukti fisik berupa batuan candi. Penelitian itu dilakukan untuk mengetahui apakah batu itu berasal dari Dusun Bayen atau dari luar. 

Menanggapi hasil ekskavasi Balar DIY, Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyatakan, pelestarian benda atau bangunan cagar budaya tidak hanya tanggung jawab pemerintah, namun juga membutuhkan keterlibatan berbagai unsur termasuk masyarakat. Karena setiap fosil, benda atau bangunan cagar budaya menyimpan berbagai informasi penting tentang peradaban yang berkembang pada saat itu. Karena itu apabila ada warga yang menemukan atau mengetahui benda-benda kuno, atau bangunan cagar budaya, hendaknya proaktif segera melaporkan kepada Balai Arkeologi atau pihak terkait lainnya. "Jangan sampai justru menjual temuan tersebut atau mencari keuntungan sendiri," kata Sultan. Sultan mengatakan, keterlibatan dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menjamin kelestarian benda-benda cagar budaya. 

Plt Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY Budi Wibowo menyampaikan, kini kesadaran masyarakat terhadap benda-benda purbakala dan sejenisnya sudah semakin bagus. Apapun temuan benda-benda purbakala ada perlindungan hukumnya. Menjadi kewajiban bagi setiap warga negara yang menemukan benda purbakala, candi, situs dan sebagainya untuk segera melapor kepada pihak terkait dalam hal ini Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY.

"Kami senantiasa berkoordinasi dengan Pemkab. Seperti di Sleman ditemukan candi, terus diamankan arealnya dan masyarakat tidak boleh menyentuh areal tersebut," imbuhnya.(Awh/Ria/Ira)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X