Kata Warga Tentang Jembatan Babarsari, Lokasi Meninggalnya Mahasiswa Amikom

Photo Author
- Sabtu, 3 Februari 2018 | 00:10 WIB

SLEMAN, KRJOGJA.com - Mahasiswa semester 1 jurusan D3 Teknologi Informatika Universitas Amikom Yogyakarta, Dwi Aprilianda (18) meninggal dunia usai mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) yang digelar pihak kampus. Kejadian Rabu (31/1/2018) lalu tersebut terjadi di salah satu kawasan ikonik bagi olahraga panjat di Yogyakarta yakni jembatan Babarsari yang berada di kawasan Seturan Caturtunggal Depok Sleman.

Suparmo (58), mantan Ketua RT 05 / RW 02 Seturan ketika ditemui wartawan Jumat (2/2/2018) menceritakan tinggi jembatan Babarsari mencapai 20 meter dan membelah sungai Tambakboyo. Biasanya, jembatan tersebut memang digunakan untuk melakukan latihan rapling oleh komunitas pecinta alam di wilayah DIY khususnya Sleman.

“Biasanya setiap akhir pekan dipakai untuk latihan panjat tali seperti yang dilakukan mahasiswa Amikom kemarin itu. Tapi memang kemarin yang dari Amikom itu tidak ijin saya, jadi saya tidak membersihkan lokasi dan tidak tahu-menahu ternyata ada korbannya,” ungkap pria yang memiliki kolam budidaya ikan di lokasi bawah jembatan.

Suparmo sendiri setiap hari berada di lokasi sejak pagi hingga malam hari. Ia juga melihat saat mahasiswa Amikom melakukan kegiatan rapling meski saat kejadian nahas pingsannya korban, ia tak berada di lokasi kejadian.

“Saat itu anak saya yang memberi tahu katanya ada mahasiswa berkacamata yang pingsan dan sempat ditandu. Posisi saat itu hujan dan saya sedang tidak di lokasi,” sambungnya.

Menurut Suparmo, pihak kepolisian juga telah mendatangi TKP dan melakukan pemeriksaan di bagian atas dan bawah. “Kamis kemarin dari Depok Timur dan hari ini tadi Depok Barat juga sudah memeriksa kemari,” sambungnya.

Daerah Jembatan Babarsari saat ini terbilang jauh lebih ramai daripada beberapa tahun lal. Tumbuhnya hunian di sepanjang selokan Mataram menjadikan banyak masyarakat berlalu-lalang di salah satu bagian jembatan yang memang dibuka sebagai jalan umum.

“Kalau saya sebagai warga setempat berharap siapa saja yang hendak beraktivitas di sini mempersiapkan semuanya dengan baik agar kejadian seperti kemarin tidak terjadi lagi. Bagaimanapun kata orang, kulonuwun tetap harus dibudayakan,” pungkas Suparmo. (Fxh)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X