SLEMAN, (KRJOGJA.com) - Tidak hanya dikenal sebagai produk sepatu yang pasarannya sampai luar negeri, Brodo juga turut serta dalam melestarikan lokal skill dalam dunia persepatuan. Ternyata dibalik suksesnya brand ini, terdapat banyak cerita menarik dalam perjalanan karirnya.
Didirikan oleh Putera Dwi Kurnia dan Yukka Harlanda, sepatu jualannya ini mulai merangkak naik nasibnya. Liku liku dunia usaha, maupun perolehan IPK yang kurang dari 3,00Â ketika menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung nyatanya berbuah manis pada akhirnya.
"Awal nekunin Brodo cuma kita anggap buat uang jajan, tapi pas tahun 2013 ketika lulus baru kita bener bener seriusin", ungkap Putera, salah satu founder Brodo yang mengaku belum memiliki pengalaman dunia kerja di luar Brodo, Sabtu (16/12/2017).
Bertempat di Monjali dalam seminar kreatif, Brodo mempresentasikan tiga prinsip utama strategi bisnisnya, yaitu menjaga kualitas produk, pelayanan customer dan culture company. 3 prinsip inilah yang menurutnya membawa pada kisah kisah menarik dalam dunia bisnis.
Mengingat Brodo belum banyak di kenal orang pada tahun 2013, Brodo menyediakan puluhan customer servis hanya untuk menjawab telpon, membalas WhatsApp maupun lainnya. Kualitas Brodo yang baik menarik perhatian customer dari Ambon pada tahun 2013. Dimana Brodo hanya menjual produknya secara online, sehingga customer ini menelpon dengan marah karena tidak bisa membeli Brodo dan berpikir untuk datang ke Bandung langsung. Dengan dedikasinya, untuk memudahkan pembelinya Brodo dengan sabar membantu berbagai proses SOP transaksi, mulai dari membuat email dan password, memandu pembayaran dan lainnya yang memakan waktu 2 hari untuk satu customer.
Cerita menarik lainnya datang dari customer Majalengka yang memesan Brodo secara mendadak untuk keperluan prewedding. Lucunya customer ini mengancam batal menikah jika dalam 2 hari pesanan sepatunya tidak datang. Padahal rasionalnya, jika menggunakan jasa pengiriman membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 hari. Sehingga dengan uang saku sekitar 500.000 yang diberikan oleh Brodo, karyawannya mengantar sepatu dengan harga sekitar 300.000 hingga Majalengka.
   Â
"Mungkin secara matematika jelas kami rugi, tapi ternyata ketika saya lihat riwayatnya Si Majalengka ini ternyata sudah membeli 17 kali di Brodo", tutur Putera di acara seminar Kreatif Pinasthika.