SLEMAN, KRJOGJA.com - Lima anggota kepolisian Polda DIY yakni Iptu Sidiq Pramono, Iptu Sollahudin, Bripka Irfan Setio Budianto ketiganya dari Brimob, Brigadir Maruf Agung Kurniawan dari Polresta Yogyakarta dan Brigadir Ari Sunda dari Polda DIY berhasil menyelesaikan misi perdamaian di Sudan. Kamis (30/3/2017) lima anggota tersebut melapor ke Polda DIY sebagai bentuk pertanggungjawaban setelah menyelesaikan tugas negara.Â
Iptu Sidiq Purnomo kepada wartawan menceritakan ia bersama empat rekannya dari Polda DIY menjalankan tugas selama 14 bulan di kawasan Darfur Sudan dan tergabung dalam divisi Formed Police Unit Indonesia VIII Garuda Bhayangkara. Selama waktu tersebut, mereka bersama 140 anggota dari berbagai Polda di Indonesia menjalani ketugasan mengamankan aset dan staf United Nations (UN) di salah satu sektor kota tersebut.Â
"Kami sampai di Sudah 27 Desember 2015 dan akhirnya selesai kembali ke Indonesia 4 Maret 2017 kemarin. Kami dikarantina di Cikeas selama dua minggu dan baru kembali ke satuan tugas masing-masing, kami berlima kembali ke Polda DIY," ungkapnya.Â
Berbagai pengalaman menarik pun dikisahkan selama menjalankan tugas di kawasan Sudan yang memang masih dilanda konflik perang saudara. Brigadir Ari Sunda salah satu yang tak bisa menutupi rasa syukurnya menjadi orang Indonesia.Â
"Di Sudan kami menyaksikan sendiri betapa menderitanya menjadi pengungsi, hingga kami masih kepikiran sampai sekarang ini. Saya pribadi merasa sangat beruntung menjadi orang Indonesia yang punya Bhinneka Tunggal Ika," ungkapnya.Â
Berbeda, Iptu Sollahudin juga mengungkap merasakan pengalaman baru lantaran ketika menjalankan ibadah sholat tak lagi berkiblat ke arah barat. "Kami sholatnya jadi berkiblat ke timur karena memang posisi tempatnya berbeda dengan di Indonesia, sempat keliru saat awal datang. Kami juga melaksanakan puasa terlama yakni 14 jam sehari, juga berlebaran di sana dengan ketupat buatan sendiri," kenangnya sembari tersenyum.Â
Beruntung memang bagi pasukan asal DIY tersebut yang tak menemui kontak senjata selama 14 bulan dan kondisi di Darfur tetap aman hingga masa tugas berakhir. Bahkan, pasukan dari Indonesia mendapat sambutan baik dari warga Sudan yang mereka anggap sebagai saudara tua.Â
"Kita disebut Tamam, karena mereka kenal Indonesia sebagai saudara tua. Dulu kan memang Bung Karno yang pertama mengakui kemerdekaan Sudan dan ternyata membekas pada mereka sampai sekarang," imbuh Bripka Irfan Setio Budianto. (Fxh)