SLEMAN (KRjogja.com) - Lismawati Nurcahayani (21) masih tak sanggup menahan tangis saat menceritakan kenangan bersama sahabatnya, Syaits Asyam yang meninggal beberapa hari lalu usai mengikuti latihan pendidikan dasar Mapala UII. Lisma yang merupakan satu sahabat dekat almarhum sejak kecil masih belum percaya sosok rendah hati berambut gondrong ini tak lagi ada bisa meluangkan waktu bersendagurau seperti yang terakhir dilakukan seminggu lalu.
Tiga hari sebelum berangkat ke Gunung Lawu untuk mengikuti kegiatan Mapala, almarhum Asyam sempat berkunjung ke rumah Lisma yang letaknya berdekatan. Dalam kunjungan yang sebenarnya sudah sangat jarang dilakukan, Asyam sempat mengucapkan kata-kata bercanda yang intinya usianya hanya akan sampai 19 tahun.
"Saya ditanya, eh umurmu berapa, lalu saya jawab 21 kemudian saya tanya dia, kalau kamu berapa? Dia bilang 17 tahun, saya tidak percaya kemudian dia bilang ya sudah umur saya 19 saja," kenang Lisma sembari menahan tangis.
Tak hanya itu, Asyam yang memiliki sebuah mobil berkata pada Lisma bahwa ia akan menjual mobil miliknya tersebut. Ketika ditanya alasan menjual mobil, Asyam lagi-lagi menjawab dengan sebuah kalimat yang mengagetkan Lisma.
"Dia bilang mau jual mobil karena alasannya besok tidak ada lagi sopirnya, dia bilang akan memenuhi rumah saja. Saya jawab, kok kamu bilangnya begitu," imbuh Lisma.
Beberapa pernyataan tak biasa diakui Lisma juga muncul saat pertemuan terakhir bersama Asyam. "Dia banyak mengobrol tentang masa kecil dulu, lalu saya minta selfie bersama dia karena sekarang rambutnya gondrong, beda banget dari sebelumnya," imbuhnya lagi.
Keraguan untuk berangkat ke Gunung Lawu pun seakan disiratkan Asyam saat pertemuan terakhir itu terjadi. "Dia bilang mau berangkat minta didoakan dunia akhirat, kan saya kaget sekali, saya jawab jangan gitu tapi kemudian setelah dia berkata lagi akhirnya saya menjawab akan saya doakan," lanjutnya.
Kini, Lisma bersama keluarga Asyam mengharap kasus dugaan kekerasan yang membuat nyawa satu sahabat terbaiknya ini hilang bisa segera tuntas dan terbuka. Ia berharap polisi dan pihak kampus UII bisa mengungkap penyebab Asyam akhirnya menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya. (Fxh)