KRjogja.com - SLEMAN - Lantunan ayat suci Al Quran meluncur merdu dari Pondok Pesantren Bidayatusshalikin di lereng Merapi tepatnya wilayah Bukit Turgo, Rabu (17/1/2024) pagi. Tak disangka, puluhan santri yang melantunkan pujian bagi Allah itu merupakan anak-anak muda yang memiliki latarbelakang tak biasa.
Mereka adalah anak-anak penyalahguna narkoba, pelaku kekerasan 'klithih' yang ingin hidup lebih baik dan bertobat. Mereka dibimbing Kiyai Dr Abdullah Denny Setiawan Wayoi yang membangun pondok tersebut sejak 2003 silam.
Kiyai Denny menceritakan bahwa ia dahulu merupakan seorang gitaris sebuah grup band yang menemui berbagai persoalan di sekitarnya. Rekan-rekannya bermain dengan minuman keras, rokok bahkan narkoba yang membawa pada hal-hal buruk.
Baca Juga: Sukses Produksi Hidrogen Hijau, Kini PLN Bangun Stasiun Pengisian untuk Kendaraan di Kawasan Senayan
Keprihatinan itu membuatnya bergerak, membangun Pondok Pesantren yang diberinama Bidayatusshalikin. "Santri saya anak-anak muda yang ingin kembali ke jalan yang benar, bertobat. Ada yang terkena narkoba, ada yang terjebak kenakalan remaja," ungkapnya pada KRjogja.com.
Waktu berjalan, metode yang dikreasikan kiyai yang juga dosen UNY ini membawa manfaat. Hampir semua santri yang belajar agama, menghafalkan Al Quran di pondoknya bergerak ke kehidupan lebih baik.
Mereka mendapat kesempatan hidup kedua kali, menjadi sosok yang lebih baik. "Untuk mereka yang masih ingin belajar, bisa meneruskan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, bahkan kuliah di universitas terbuka. Kami ingin membawa mereka mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik," sambungnya.
Saat ini menurut Kiyai Denny, ada 75 santri baik putra maupun putri yang menempati dua lokasi pondok. Di pesantren ini, para santri mendapatkan pendidikan akademis, yang dipadukan dengan agama.
Baca Juga: Happy Asmara Ngaji di Gus Iqdam Saat Patah Hati, Ini Awal Asmara Hancur Sholawat Meluncur Jadi Viral
"Kami mengajari mereka menghafal Quran, bahkan sudah ada yang hafal 25 juz. Kami sangat bahagia, mereka juga dibekali akhlak dan pendidikan moral agar ketika nantinya menjalani hidup selanjutnya, bisa lebih baik," tukas Kiyai Denny.
Cara Kiyai Denny yang tidak menggurui, namun justru merangkul ternyata mendapat tanggapan positif dari para santrinya. Bahkan ada santri yang jatuh cinta dengan kehidupan di pondok pesantren dan membantu mengasuh adik-adik angkatannya.
"Kami tidak melabel santri dengan nama pecandu, atau hal-hal buruk yang mereka lakukan sebelumnya. Kami merangkul dan memberikan hal-hal baik bagi para santri," lanjut Kiyai Denny saat dikunjungi mahasiswa UAD ini.
Prof Yudik Prasetyo, Dosen FIKK UNY yang juga mengajar di Pondok Pesantren Bidayatusshalikin menambahkan, para santri tak hanya mengolah rasa melalui ajaran keagamaan saja, namun juga mengolah raga dengan cara menarik. Para santri belajar olahraga juga berdialog dengan alam melalui beberapa cara.
Baca Juga: Waspada Hujan Angin, Prakiraan Cuaca DIY Hari Ini
"Kami memasukkan program olahraga, salah satunya panahan. Kami juga ajak para santri untuk jalan kaki dari Jogja ke Cilacap untuk berkontemplasi. Selain itu kami juga ajak mereka naik bukit Turgo dengan 1000 mdpl, agar bisa interaksi dengan alam dan mensyukuri anugerah Allah yang luar biasa," pungkasnya. (Fxh)