Gawat, Indonesia Masuk Kondisi Darurat Pangan

Photo Author
- Rabu, 3 April 2024 | 13:00 WIB
Prof Baiquini  (istimewa)
Prof Baiquini (istimewa)


Krjogja.com Sleman Indonesia saat ini dalam kondisi darurat pangan, meskipun masih masuk dalam kategori tahan. Demikian dikemukakan oleh Dr Andriko Noto Susanto SP MP, Deputi bidang penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, ketika berbicara pada peluncuran buku Daulat Pangan karya HM Nasrudin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas, Selasa (2/4/24) di Royal Ambarukmo Yogyakarta.

Andriko mengutip pernyataan terbaru dalam rapat dengar pendapat Menteri Pertanian dengan Komisi IV DPR belum lama ini. Bahwa luas tanam padi selama masa tanam Otober 2023 hingga Februarti 20-24 hanya mencapai 5,4 juta ton, atau menurun 1,9 juta hektar.

Baca Juga: Renungan Akhir Ramadhan : Inilah Wanita Pertama Mati Syahid dalam Islam, Korban Kesadisan Kaum Musyrikin

Sejak tahun 2019 sampai 2023 produksi beras nasional hanya berkisar 30 sampai 31 juta ton. Ini jauh lebih rendah dibanding 2018 sebesar 34 juta tyon. Padahal kebutuhan nasional pertahun rata-rata 31,2 juta ton, artinya terjadi kekurangan p[sokan dalam negeri.

Beberapa penyebab darurat pangan, salah satu indikatornya adalah ketergantungan impor pangan. D ari sisi produksi alih fungsi lahan yang tak terkendali di lahan subur pulau Jawa. Produksi pangan juga sudah levelling off ditambah adanya peurunan kualitas lahan serta perubahan iklim, yang menyebabkan risiko gagal panen.

Baca Juga: PT Angkasa Pura Beri Fleksibilitas Operasional Bandara Selama Lebaran

Dalam acara yang dipandu Prof Dr Jamhari SP MP dari UGM, Memberikan juga komentar mengenai buku tersebut, antara lain Prof Dr Ir Nuhfil Hananani AR MS NHN, Prof Dr M Baiquini MA, Prof DFr Ir Drajat Martianto MSi.


Penulis buku tersebut, Gus Nas mengatakan buku itu lahir dari keresahan terhadap kondisi ketahanan pangan yang rapuh. Indonesia itu kaya akan sumber daya alam, namun masih dihadapkan realitas ketergantungan impor pangan, seperti beras, gandum dan daging. Menurutnya kedaulatan pangan adalah sebuah keniscayaan bagi bangsa yang ingin maju dan sejahtera. Gus Nas dalam buku tersebut juga menyoorti dari sisi budaya.

Baca Juga: Prabowo Kunjungi China dan Bertemu Xi Jinping, Begini Kata Pengamat

Prof Nuhfil menambahkan, bahwa masa depan kemandirian pangan harus juga diperhatikan masa depan kehidupan petani. Kemudian sumber daya air yang harus tetap terpenuhi, agar kemandirian pangan bisa tercapat.

Sedangkan Prof Baiquini banyak menyoroiti tentang sektor lain yang bisa mendukung, misalnya bisa ditempelkan diplomasi budaya. Indonesia punya jenis makanan yang beragam dan enak. Sehingga bisa masuk juga dalam ranah wisata. Gastro diplomasi, sangat layak dilakukan untuk bisa mendukung. Mengenal makanan yang khas Nusantara tentu akan mendukung. (Vin)

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X