Krjogja.com Sleman Dunia pendidikan Indonesia bakal terpengaruh dari Kecerdasan Buatan Generatif (GenAI) dalam sistem pembelajaran. Kehadiran AI bisa memberi dampak positif dan negatif sehingga perlu ada pedoman atau rambu rambu batasannya.
"Pasti ada dampak dua sisi uang. Ada tantangan atau ancaman. Fundamentalnya adalah literasi AI dan di Kemendikbud Ristek sudah melakukan penelitian dan pembahasan mendalam dengan ahli dari beberapa ahli di dunia. Mudah mudahan Agustus ini pedoman penggunaan AI tentang penggunaan AI untuk akademik bisa diterbitkan." kata Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Prof Dr Ir Sri Suning Kusumawardani ST MT saat seminar internasional dan lokakarya yang inovatif tentang masa depan pembelajaran di era Kecerdasan Buatan Generatif (GenAI).
Acara bertajuk "The Future of Learning: Unveiling the Challenges and Opportunities of Generative AI in Higher Education" akan berlangsung selama dua hari, yakni pada tanggal 29-30 Juli 2024, di University Club, Universitas Gadjah Mada.
Baca Juga: Tanoto Foundation Siapkan Pemimpin Masa Depan Lewat Tanoto Scholars Gathering 2024
Sri Suning menjelaskan penggunaan AI memang perlu diawasi sehingga pedomann Penggunaan Generative AI (GenAI) juga memuat etika di dalamnya. Bahkan, dalam panduan tersebut pihaknya memberi inspirasi potensi metode asesmen yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi AI saat ini. Hal itu akan dilakukan dalam semua pembelajaran dan tidak cuma pada skripsi.
"Tanpa literasi AI akan menjadi ancaman, terutama maraknya fake information. Jadi kita harapkan penggunaan AI bisa bertanggungjawab bagi kehidupan yang beretika," tegas Sri Suning.
Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Terbuka Prof Ainun Naim Phd didampingi Wakil Rektor IV Universitas Terbuka Rahman Budiman menjelaskan kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari AI misalnya keberadaan google map sampai pesan layanan antar makanan. Bahkan, perguruan tinggi mulai memanfaatkannya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Dijadwalkan Berkantor di IKN Mulai Hari Ini
"Bagi mahasiswa bisa belajar lebih fleksibel dan bisa mendapatkan materi perkuliahan lebih banyak, tak terbatas bagi dosen. Bisa juga membuat paper dan menerjemahkan. Aktivitas belajar pasti bisa meningkat dengan risiko ada kecurangan (mencontek). Tapi ada tools lain yang bisa mendeteksi kecurangan itu, termasuk plagiarisme," ungkap Prof Ainun Naim.
Prof Ainun menjelaskan bagi dosen, AI bisa dimanfaatkan untuk membantu pembuatan silabus aatau materi ajar bagi mahasiswa. "Akhirnya proses pembelajaran semakin efektif. Saya yakin penggunaan AI semakin luas misalnya membantu pembelian tiket transportasi sampai mendukung pariwisata suatu daerah," tandasnya.
Dra. Rahayu Dwi Riyanti, M.A., Head of ICE Institute menjelaskan bekerja sama dengan Universitas Terbuka, Universitas Gadjah Mada (UGM), Asian Development Bank (ADB), Universitas Tsinghua, XuetangX, dan institusi terkemuka lainnya, kegiatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak transformatif GenAI pada pendidikan tinggi. Sedangkan pembicara yang hadir adalah Mr. Wang Shuaiguo selaku Director of Online Education Center, Tsinghua University dan Mr. Jiro Tominaga, Country Director ADB Indonesia Resident Mission.
Baca Juga: HUT ke-64 SMPN 6 Yogya Dihadiri 550 Alumni, Ketoprak Siswa Menghibur
"Seminar dua hari ini memaparkan presentasi tentang penelitian GenAI terkini dalam pendidikan, Diskusi panel tentang tantangan dan peluang dalam teknologi siber, Lokakarya interaktif untuk meningkatkan literasi digital dan Kesempatan jejaring dengan inovator pendidikan global," paparnya.
Adapun seminar internasional ini, kata Dra. Rahayu Dwi Riyanti, M.A. bertujuan untuk menciptakan kolaborasi untuk berbagi aplikasi GenAI dalam pendidikan, mengeksplorasi potensinya untuk mengubah praktik pengajaran dan pembelajaran, serta mempromosikan pemahaman bersama di antara institusi pendidikan di kawasan Asia-Pasifik.