Krjogja.com - SLEMAN - Anggrek Astuti Jogja sebuah wadah kreativitas pemberdayaan anggrek di Pakem, Sleman mendapat pengalaman berharga pada momen 17 Agustys 2024 lalu. Mereka membuat instalasi seni anyaman bambu dipadu anggrek delapan meter yang seluruhnya diambil dari anggrek asli Indonesia dan turunannya.
Anggrek Astuti Jogja ingin memperlakukan Anggrek bukan hanya sekedar komoditas perdagangan dan pertanian, melainkan kebanggaan dengan cara menyematkan nilai-nilai nasionalis, budaya, seni dan estetika. Anggrek Astuti Jogja muncul di tengah-tengah tantangan pandemi covid-19, menawarkan tempat perlindungan dari stres dan infeksi yang disebabkan oleh situasi sulit tersebut.
Lebih dari tempat perlindungan, Anggrek Astuti Jogja bertujuan untuk mengidentifikasi kembali budidaya anggrek, menyajikan sudut pandang baru bagi para penggemar. Tempat ini berusaha untuk memperkenalkan metode inovatif, melangkah jauh dari pendekatan tradisional, dan menghadirkan ide-ide baru dalam merawat bunga-bunga anggrek yang lembut ini.
Baca Juga: STAIMS Yogyakarta Cetak Sarjana Plus, Siap Hadapi Teknologi dengan Spirit Keagamaan Kuat
Lebih dari sekedar tempat budidaya dan penjualan, Anggrek Astuti Jogja melambangkan platform kreativitas tanpa batas. Di sini, individu terdorong untuk menjelajahi dan mengekspresikan visi artistik mereka secara bebas, baik melalui pengaturan anggrek yang inovatif, teknik budidaya eksperimental, atau tampilan yang imajinatif.
Hananda Hutami Putri, Direktur Anggrek Astuti Jogja mengungkap di Gedung Agung ia bersama tim memasang instalasi di ruangan presiden. Mereka ingin menyuarakan anggrek nusantara sebagai kebanggaan nasional.
"Kami buat terarium anggrek, seperti ekosistem. Tapi ternyata tidak boleh, akhirnya kami bisa taruh, dipadukan dengan pandan jadi wanginya wangi pandan bukan anggrek. Di pot kami letakkan kartu silsilah anggrek itu dan Bu Iriana notice. Diceritakan bagian rumah tangga Gedung Agung, beliau tidak berani membawa pulang karena membaca kartu yang kita buat, takut malah mati anggreknya,” ungkapnya ketika berbincang, Sabtu (14/9/2024).
Baca Juga: Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Dari Gedung Agung, Anggrek Astuti diminta bergeser ke Benteng Vredeburg membawa serta instalasi anggrek untuk dipertunjukkan pada pengunjung museum. Instalasi akan ada di Vredeburg hingga 30 September mendatang.
“Kami ingin mengingatkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua untuk spesies anggrek setelah Brazil. Populasi dan varietasnya luar biasa banyak sekali. Spesies yang tercatat saat ini 5000 tetapi akan terus bertambah seiring dengan berkembangnya penelitian,” lanjut Nanda.
Orang awam mengakui Nanda lebih suka memelihara anggrek di pasaran yang merupakan hasil persilangan dengan kebanyakan impor dari Thailand dan Taiwan. Padahal induknya kebanyakan berasal dari Indonesia yakni Amabilis.
Baca Juga: Jelajahi Era Digital, Anak-Anak Muda Diajak Melek Multimedia Reporting
"Inilah sebabnya kami tak hanya jualan di sini tapi memberikan edukasi tentang budidaya dan perawatan anggrek. Bagaimana anggrek sebagai karya unik, tekanan pada hibrida dan aransemen artistik. Anggrek bukan hanya tanaman, mereka adalah karya seni hidup, dipamerkan melalui tampilan kreatif. Kami mempromosikan Anggrek Indonesia secara global, merayakannya sebagai simbol keindahan alam dan warisan budaya negara kami,” tandasnya.
Misi Anggrek Astuti adalah untuk menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap anggrek, simbol kekayaan alam Indonesia. Sebagai negara kedua terbesar dalam keanekaragaman hayati anggrek, Indonesia dipenuhi dengan beragam jenis tanaman yang luar biasa indah.
“Kami bertujuan untuk mendidik dan menginspirasi rasa bangga terhadap posisi unik kita, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan dan melestarikan keanekaragaman spesies anggrek yang tumbuh subur di negara kita. Melalui misi ini, kami berharap dapat memperkuat hubungan kita dengan alam dan menyoroti kontribusi luar biasa Indonesia bagi dunia botani global,” tutupnya. (Fxh)