KRjogja.com - SLEMAN - Puncak peringatan Hari Batik Nasional 2024 dengan tema “Tradisi dan Inovasi dalam Harmoni” digelar penuh kemeriahan dibalut dengan budaya Yogya yang khas. Acara berlangsung pada Senin (14/10/2024) malam di situs bersejarah Candi Prambanan, menjadi latar belakang sempurna untuk merayakan satu di antara warisan budaya tak benda asli Indonesia paling ikonik.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, menekankan pentingnya seni batik sebagai bagian integral dari budaya Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa batik bukan hanya sekadar kain, melainkan juga simbol pendidikan etika dan estetika, khususnya bagi wanita pada zaman dahulu.
“Seni batik telah terjalin erat dalam kehidupan masyarakat, menjadi penanda peristiwa penting, terutama dalam budaya Jawa,” ujar Sri Sultan HB X, mengungkapkan kebanggaannya terhadap kekayaan budaya lokal.
Sultan juga menggarisbawahi perkembangan batik dari masa ke masa, di mana seni ini mengalami akulturasi yang kaya dengan pengaruh dari berbagai budaya, seperti Hindu, Eropa, dan Cina.
Baca Juga: Ahli Nuklir Rusia Siap Bantu Indonesia Bangun PLTN di Kalimantan Dukung Energi Hijau IKN
Motif-motif seperti burung phoenix, naga, dan elemen alam menjadi bukti betapa batik mencerminkan keragaman budaya Nusantara.
“Proses akulturatif ini memperkaya dan mewujudkan Batik Nusantara yang kita kenal saat ini,” tambahnya, sambil mengajak hadirin merenungkan makna di balik setiap motif.
Dalam konteks peringatan Hari Batik Nasional 2024, yang diselenggarakan oleh Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) di bawah Kementerian Perindustrian, Sri Sultan HB Xmenekankan perlunya pelestarian dan pengembangan batik sesuai dengan perkembangan zaman.
“Kegiatan ini adalah jawaban terhadap tuntutan revitalisasi eksistensi batik Indonesia, yang harus dihidupkan kembali setelah mengalami kemunduran,” katanya.
Agenda peringatan mencakup serangkaian kegiatan, termasuk webinar, pelatihan berbasis kompetensi, seminar nasional, peluncuran buku, dan aplikasi ekosistem batik dan kerajinan.
Gubernur DIY menjelaskan bahwa semua kegiatan ini dirancang untuk mengakui dan memanfaatkan potensi lingkungan, serta melibatkan pencitraan budaya lokal yang khas.
“Revitalisasi ini harus bersifat komprehensif, tidak hanya mengedepankan keindahan fisik,” tuturnya.
Baca Juga: Tebusan Dosa Dobrak Genre Horor Tanah Air, Ungkap Ketakutan Terbesar Manusia Tentang Kehilangan