Proses Manual Batik Tetap Lestari dengan Konsep Lean 'Manufacturing'

Photo Author
- Rabu, 19 Maret 2025 | 16:10 WIB
 Dr Yuli  Agusti Rochman dan Dr Imam Djati Wibowo  (Fadmi Sustiwi)
Dr Yuli Agusti Rochman dan Dr Imam Djati Wibowo (Fadmi Sustiwi)


Krjogja.com – Sleman – Program studi Teknik Industri dapat membantu mempercepat proses industri dari UKM yang menghadapi tantangan kian berat. UKM dapat menggunakan kerangka implementasi lean yang disarankan dapat membantu mencapai operasi yang lebih efisien.

“Konsep ini sudah kami ujicobakan pada 3 sentra batik yang kami teliti di Girilaya Bantul, Tancep Gunungkidul dan Lendah Kulonprogo. Dengan konsep lean manufacturing, proses manual batik tetap lestari dan dari sisi ekonomis dapat berjalan. Sehingga ada keberlanjutan,” tandas Dr Yuli Agusti Rochman kepada media secara daring , Selasa (18/3). Yuli didampingi Ketua Jurusan Teknik Industri FTI UII Dr Imam Djati Widodo.

Batik bukan sekadar tekstil biasa. Disitu ada filosofi, symbol, makna bahkan peradaban. Namun menurut Yuli ada sebuah dilemma ketika generasi muda kian jauh dari kemampuan membatik. Meski profesi membatik biasanya turun temurun, namun hal tersebut terkait rasa seni, sehingga tidak semua anak pembatik kemudian membatik. “Proses membatik yang lama dengan hasil secara ekonomis seringkali tidak sesuai, acap menjadi alasan,” ungkapnya.

Baca Juga: Optimalkan Zat Besi Dukung Kepintaran Anak Generasi Maju

Karenanya, kepedulian terhadap UKM batik harus lebih diberikan. Diharap, pemerintah dapat membuat industry batik lebih efisien dengan menejemen lebih baik dan rekayasa motif, tetapi tetap ada sisi idealism yang seiring dengan sisi ekonomis. Menurut Yuli yang perlu penyesuaian kerangka penerapan lean yang dinilai dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki oleh UKM. Dijelaskan, studi ini menekankan perlunya kerangka implementasi lean yang disesuaikan dengan skala dan sumber daya UKM untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi operasional.

“Kerangka implementasi <I>lean<P> dikembangkan dengan menggabungkan kerangka implementasi lean dengan pendekatan plan do check act<P> (PDCA) dan simulasi untuk menghasilkan perbaikan berkelanjutan,” tambahnya.

Dalam batik, jelasnya, misal <I>nglowong<P> hanya dikerjakan 2-3 orang. Kemudian proses <I>nembok, ngerok<P> dikerjakan orang lain lagi. Dengan konsep PDCA ini jelasnya pemilik industi batik atau <I>juragan<P> dapat memetakan dan memenej potensi yang ada.

Baca Juga: Bupati Sleman Bakal Penuhi Syarat Loker Room Maguwoharjo, Minta PSS Fokus Berusaha Bertahan di Liga 1

“Jadi misal ada order kain, ya <I>nglowong<P> dikerjakan bersama, demikian juga nanti untuk proses lain. Sehingga lebih cepat pengerjaan. Dan kalau dihitung penghasilan bisa sama, tapi waktu bisa lebih efisien,” jelasnya. Dengan kata lain, tambah Yuli Agusti Rochman, pembatik memang diharapkan mampu melaksanakana semua dalam proses membatik. (Fsy)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X