Krjogja.com - SLEMAN - Dengan keterbatasannya, lansia berhadapan dengan risiko penipuan digital, hoaks, dan pelanggaran privasi di dunia digital. Gerakan literasi digital mulai inklusif bagi lansia terus digalakkan untuk meminimalisir resiko tersebut.
Tular Nalar mencanangkan edukasi literasi digital dan pemikiran kritis bagi lansia melalui kelas-kelas Akademi Digital Lansia dan lokakarya, yang telah menjangkau lebih dari 10.000 lansia sebagai penerima manfaat langsung di periode 2023-2025. Indonesia memiliki sekitar 11,75% atau 32 juta populasi lansia, dan di tahun 2050 nanti diprediksi akan mencapai 20-25% dari total populasi.
Baca Juga: Cuaca Ekstrim di Temanggung, Pohon Ayoman di Jalan Raya Roboh
Di sisi lain, lansia di Indonesia terdeteksi memiliki perilaku bermedia sosial yang cukup tinggi. Khususnya, dalam menggunakan WhatsApp dan Facebook dalam kegiatan sehari-hari. Mereka juga aktif berbagi informasi.
Kasus penipuan di dunia digital paling banyak terjadi di media sosial. Itu adalah jawaban yang mayoritas dipilih oleh para peserta setelah mengikuti kelas Akademi Digital Lansia (ADL). Seiring waktu, perlu ada langkah yang diambil untuk mengukur keberhasilan kelas-kelas pelatihan yang diselenggarakan oleh Tular Nalar tersebut.
Tular Nalar melaksanakan survei Most Significant Change (MSC) di 6 wilayah (Aceh, Kendari, Bandung, Pontianak, Kupang, Ternate) untuk mengukur dampak perubahan secara kualitatif dari para alumni kelas ADL dan Sekolah Kebangsaan (SK). Survei ini bertujuan mengevaluasi dampak program literasi digital Tular Nalar 3.0 melalui pengumpulan cerita perubahan signifikan dari peserta, fasilitator, kerabat peserta, dan komunitas.
Baca Juga: KRJOGJA.COM Klarifikasi: Berita Kami Dipalsukan, Judul dan Media Telah Dimanipulasi
Temuan dari survei tersebut membuktikan bahwa literasi digital bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga membangun kesadaran kolektif untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat. Dampaknya melampaui individu seperti keluarga, komunitas, dan generasi muda turut merasakan perubahan.
Kolaborasi, inovasi metode, dan adaptasi konteks lokal menjadi kunci keberhasilan program ini. Program Tular Nalar 3.0 telah merancang kurikulum, memproduksi modul dan alat bantu, serta melaksanakan program literasi digital bagi lansia dan generasi Z.
Melalui pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik lansia, Tular Nalar telah melaksanakan edukasi literasi digital yang berfokus pada penipuan digital, periksa fakta, dan pencegahan ujaran kebencian, yang berlangsung di seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun 2025, Tular Nalar Mafindo telah menjangkau lebih dari 10.000 lansia melalui berbagai kelas dan lokakarya yang digelar Tular Nalar bersama para mitra di seluruh Indonesia.
Dalam sesi talkshow di acara Publikasi Laporan Survei MSC yang digelar di restoran Pringsewu, Sleman, 7 Mei 2025 ini, Alimatul Qibtiyah sebagai narasumber mengingatkan, bahwa teknologi layaknya kuda tunggangan. Dengan penunggang yang mahir, kuda tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.
Tular Nalar terbukti telah menciptakan efek domino dalam hal positif. Hal ini tercermin dari laporan hasil survei MSC yang dipublikasikan hari ini. Giri Lumakto, Program Manager Tular Nalar menyatakan, untuk menjangkau lebih banyak lagi lansia yang tercerahkan diperlukan kolaborasi dengan banyak pihak termasuk komunitas, media dan pemerintah. Demi menyelamatkan masa tua di lini masa. (Fxh)