Anak Belajar Anti Kekerasan dan Tertib Berlalu Lintas di MPLS SDN Maguwoharjo I

Photo Author
- Rabu, 16 Juli 2025 | 20:46 WIB
Aipda Denny Prasetyo saat mengisi MPLS di SDN Maguwoharjo I Depok Sleman (istimewa)
Aipda Denny Prasetyo saat mengisi MPLS di SDN Maguwoharjo I Depok Sleman (istimewa)


KRJOGJA.com – SLEMAN – Sering terjadinya kasus perundungan (bullying) terhadap anak sudah sepantasnya menjadi perhatian bersama karena menimbulkan dampak negatif bagi psikologis anak. Anak menjadi rendah diri, enggan bergaul sehingga tidak mampu mengembangkan potensi dirinya.

Adapun disisi lain, masih tingginya angka kecelakaan lalu lintas dan semakin berkurangnya etika berlalulintas ikut menjadi fokus SDN Maguwoharjo I saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada Rabu (16/7). Pihak sekolah mendatangkan dua narasumber Aipda Denny Prasetyo personil Gegana Satbrimobda Polda DIY dan Apriyanto, STr, MM dari Dinas Perhubungan DIY.

Aipda Denny Prasetyo menekankan peran keluarga dan sekolah dalam mengenali dan mencegah tindak kekerasan, baik fisik, verbal sampai psikologis. Selain itu juga menyampaikan bentuk kekerasan pada anak, dan ciri ciri anak korban kekerasan. Bentuk kekerasan diantaranya kekerasan fisik meliputi pukulan, tendangan, tamparan, guncangan sampai tindakan lain yang menyebabkan cidera fisik. Lalu kekerasan emosional atau psikologis meliputi penghinaan, ancaman, intimidasi, pengabaian emosional atau perlakuan yang merusak harga diri dan kesejahteraan emosional anak.

Baca Juga: Trah Sultan HB II Dukung Menteri Kebudayaan Fadli Zon Tulis Ulang Sejarah Geger Sapehi 1812

Penelantaran, kata Aipda Deny Prasetyo juga menjadi bentuk kekerasan anak karena orangtua atau pengasuh gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar anak seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan perawatan medis. Selain itu, kekerasan seksual meliputi segala bentuk kontak atau interaksi seksual dengan anak tanpa persetujuan, atau dengan cara yang eksploitatif.

"Karena itu, penting komunikasi antara anak dan orang tua. Sudah saatnya ada langkah pencegahan di sekolah maupun rumah. Sudah saatnya guru dan para siswa menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan ramah di sekolah sehingga dapat mendukung pembelajaran di sekolah," tegas Aipda Deny Prasetyo.

Aipda Denny menambahkan bullying atau perundungan fisik bisa berbentuk memukul, mendorong, mencubit sampai merusak barang milik orang lain dan bentuk perundungan verbal berbentuk mengolok olok, menghina hingga mengganggil dengan julukan menyakitkan dan perundungan sosial atau relasinal dengan bentuk merusak reputasi korban. Ada juga bullying siber atau menggunakan media digital (internet, ponsel) untuk menyakiti atau mempermalukan korbannya.

Baca Juga: Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) ke 30, Ruang Bertemu Tradisi, Anak Muda, dan Eksperimen Seni

"Dampak dari bullying sendiri bisa merusak dan bertahan lama. Dampak fisik berbentuk luka, cidera atau sakit perut. Dampak psikologis/emosional bisa berbentuk depresi, rendah diri sampai pascatrauma. Bahkan, berdampak pada akademik seperti malas sekolah, penurunan prestasi belajar sampai putus sekolah," pungkas Aipda Deny Prasetyo.

Aprinanto, STr, MM dari Dinas Perhubungan DIY mengajak para siswa mengenal rambu lalu lintas dasar dan pentingnya disiplin berlalu lintas sejak usia dini. Terutama mengajarkan arti pentingnya menggunakan helm saat megendarai ataupun menumpang sepeda motor. Anak juga diajarkan menyeberang jalan dengan aman dan bahaya saat bermain di jalan.

Kepala sekolah, guru dan pembicara usai MPLS di SDN Maguwoharjo 1 Depok Sleman (istimewa)

"Disiplin sejak dini akan melekat sampai anak dewasa sehingga bisa berkendara dengan aman. Ingat, jangan pernah bercanda atau bermain di jalan karena dapat membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Kami percaya bahwa kolaborasi sekolah dan orang tua akan memperkuat nilai-nilai karakter dan keterampilan hidup anak sejak dini," ungkapnya.

Baca Juga: Puncak Peringatan Hari Lahir Sukoharjo ke-79 Meriah

Kepala SD Negeri Maguwoharjo 1, Mulyadi, S.Pd, merespons positif kegiatan ini karena menjadi bagian pendekatan holistik dalam pendidikan. Kegiatan ini bertujuan memperkuat sinergi antara sekolah dan keluarga dalam membentuk karakter dan kesadaran sosial anak sejak dini.

"Kami percaya bahwa kolaborasi sekolah dan orang tua akan memperkuat nilai-nilai karakter dan keterampilan hidup anak sejak dini. Kami berharap bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain untuk melibatkan orang tua dalam proses pendidikan anak," kata Mulyadi Spd. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X