Ribuan Wanita Berkebaya Kumpul Candi Prambanan, Ada Apa?

Photo Author
- Kamis, 24 Juli 2025 | 18:30 WIB
  Wiendu Nuryanti bersama para peserta Bangga Berkebaya di Candi Prambanan ((Foto: Surya Adi Lesmana))
Wiendu Nuryanti bersama para peserta Bangga Berkebaya di Candi Prambanan ((Foto: Surya Adi Lesmana))

 

KRjogja.com Yogyakarta - Ribuan orang tampil kolosal mengenakan kebaya pada Peringatan Hari Kebaya 24 Juli 2025 di Candi Prambanan Sleman, Kamis (24/7/2025). Berbagai Organisasi Wanita asal DIY dan daerah lain di Indonesia diantaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Maluku dan lainnya, serentak tampil pada perhelatan bertema "Bangga Berkebaya.”


Prof Ir Wiendu Nuryanti MArch PhD, Ketua Umum “Bangga Berkebaya” Hari Kebaya Nasional 2025 mengatakan, sepuluh pengakuan UNESCO untuk Warisan Budaya Dunia sudah kita miliki. Salah satunya adalah Candi Prambanan yang ditetapkan pada 1991.

Kemudian disempurnakan dengan 13 pengakuan UNESCO untuk Warisan Budaya Tak Benda termasuk Kebaya, bersama empat negara Sobat Kebaya yaitu Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand.

Baca Juga: Satresnarkoba Polres Sukoharjo Ungkap Kasus Sabu di Mojolaban

"Saya percaya bahwa Warisan Budaya Dunia Benda dan Tak Benda, keduanya tidak bisa dipisahkan," tegas Wiendu.

"Dan pada Hari Kebaya Nasional kedua, kita mempertemukan keduanya yaitu Festival Kebaya di Candi Prambanan. Warisan Budaya Tak Benda di Situs Warisan Budaya Dunia," ungkap Wiendu.

Dipaparkan Wiendu, masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk menyeimbangkan antara pelestarian dan pembangunan ekonomi. "Jangan pernah berhenti mencintai budaya kita, budaya Indonesia dan kebaya adalah salah satunya," sebut Wiendu.

Baca Juga: Dari Makau hingga Tokyo: Deretan Negara Asia yang Menjadi Raja Perjudian

Sebagai catatan, Pemerintah resmi menetapkan 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional. Keputusan ini tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebaya.

Alasan penetapan diantaranya kebaya sebagai aset budaya dan nilai sejarah ketika Presiden pertama RI Soekarno menghadiri Kongres Wanita Indonesia X tahun 1950. Saat itu
semua peserta yang hadir memakai kain kebaya.

Sementara, GKBRAA Paku Alam, mewakili Ketua Umum TP PKK DIY menyampaikan, kebaya adalah busana nasional Indonesia yang berada di Yogyakarta. Jadi wajib untuk melestarikan, mengembangkan dan nguri-nguri kebaya. Apalagi sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

"Jadi sebaiknya kita memang memperkenalkan kebaya tidak hanya sebagai pakaian yang dikenakan saat acara tertentu saja tapi juga sehari-hari," katanya.

Acara semakin meriah dengan menari bersama yang diiringi angklung bertembang Koyo Jogja Istimewa dari Ndarboy Genk. Semua peserta berkebaya dan tamu kehormatan termasuk GKBRAA Paku Alam, Wiendu Nuryanti, GBPH Prabukusumo serta Hj Sri Surya Widati turut menari. (Sal/Awh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X