KRJOGJA. com – Desa Wisata Tegal Loegood di Kapanewon Turi, Sleman, terus berbenah diri dan melakukan berbagai inovasi dalam upaya memperkuat posisinya sebagai destinasi pariwisata berbasis pertanian. Tidak hanya mengandalkan kebun salak pondoh, desa ini kini melangkah lebih maju dengan menghadirkan olahan kuliner berbasis salak yang siap menjadi daya tarik wisata serta meningkatkan ekonomi masyarakat.
Melimpahnya hasil panen salak pondoh sebagai komoditas unggulan mencapai lebih dari 78 ribu kilogram per tahun. Surplus panen ini mendorong masyarakat untuk berkreasi agar buah salak tidak sekadar dijual segar, melainkan dapat diolah menjadi produk bernilai tambah. Melalui program hibah Pengabdian Masyarakat Pemula (PMP) yang didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek tahun 2025, tim dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM) menggelar pelatihan pembuatan minuman fermentasi salak.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam tiga tahap, yaitu sosialisasi, pelatihan penggunaan alat destilasi, dan monitoring. Dalam rangkaian program pelatihan tersebut, masyarakat diperkenalkan pada berbagai jenis minuman fermentasi, pemilihan ragi berkualitas, teknik pembuatan, proses produksi dan pengemasan yang higienis, hingga cara penggunaan alat destilasi dengan tepat. Hasil kegiatan cukup memuaskan, peserta pelatihan mampu mempraktikkan pengoperasian alat destilasi sekaligus memahami pentingnya sanitasi dan higie nitas produksi.
Baca Juga: D-STAR 2025 Dorong Wanita Muda Berinovadi Kesehatan Berbasis Kekayaan Hayati
Program ini dipimpin oleh dosen STIPRAM, Lutfi Maulana Hakim, bersama tim dosen Weka Kusumastiti dan Viona Amelia, serta melibatkan mahasiswa Elvis Aguilera dan Dyva N. Natanaela. Kolaborasi antara dosen dan mahasiswa ini menjadi bukti nyata sinergi akademisi dengan masyarakat dalam mengembangkan inovasi berbasis potensi lokal.
Antusiasme warga terlihat jelas sepanjang kegiatan, mulai dari diskusi, tanya jawab, hingga mencoba langsung pengolahan salak. Produk minuman fermentasi yang dihasilkan lebih jernih, beraroma khas salak, dan berpotensi dipasarkan luas sebagai minuman khas Desa Wisata Tegal Loegood. Beberapa warga bahkan mulai mengembangkan variasi produk dengan bahan lokal lain seperti mangga kweni dan rempah-rempah.
Ketua tim, Lutfi Maulana Hakim, menjelaskan bahwa keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan Kemendikbudristek. “Hibah memberi kesempatan kami untuk mendampingi warga lebih intensif. Harapannya, olahan salak pondoh bisa menjadi inovasi baru Tegal Loegood, sekaligus meningkatkan daya tarik wisata dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Baca Juga: Enam Pegawai Terima Penghargaan, Kapasitas SDM Taru Martani Terus Ditingkatkan
Dengan dukungan pemerintah, akademisi, dan masyarakat, Desa Wisata Tegal Loegood semakin percaya diri melangkah ke depan. Olahan salak pondoh kini bukan hanya sekadar produk baru, tetapi simbol transformasi desa menuju kemandirian ekonomi berkelanjutan. (*)